Kilas Dunia

Kematian Imigran di AS, Bukti Bobroknya Kapitalisme dan Negara-Bangsa

Kematian imigran di Amerika Serikat merupakan bukti bobroknya Kapitalisme dan Negara-bangsa. “Kematian para imigran karena kebijakan anti-imigrasi AS yang bermusuhan adalah simbol hancurnya sistem kapitalistik dan politik negara-bangsa yang tidak terhindarkan,” tegas Nazreen Nawaz, Direktur Divisi Muslimah Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir seperti dilansir mediaumat.news, Kamis (4/7/2019).

Pada 26 Juni, media secara luas mempublikasikan gambar kematian tragis imigran Amerika Selatan, Oscar Alberto Martinez Ramirez, yang tenggelam di Sungai Rio Grande bersama dengan putrinya yang berusia dua tahun saat mencoba melintasi perbatasan AS-Meksiko.

Ayah muda itu meninggalkan El Salvador, negara yang sangat miskin, untuk mencari kehidupan yang lebih baik bagi dirinya dan keluarganya. Karena tidak dapat memasuki AS melalui darat, karena kebijakan perbatasan anti-imigran negara itu yang bermusuhan, dia mencoba berenang menuju seberang sungai dan terbawa hanyut oleh arus sungai bersama dengan putrinya yang berusia 23 bulan.

“Mereka mengatakan gambar melukis seribu kata. Jadi, cerita apa lagi yang bisa dikisahkan oleh gambar yang memilukan itu kepada dunia?” ungkap Nazreen.

Menurut Nazreen, gambar itu bercerita mengenai seorang ayah dan anaknya yang menjadi korban, tidak hanya dari seorang presiden yang tidak berperasaan tetapi juga oleh sistem  kapitalis yang tidak berperasaan. Pasalnya, kebijakan anti-imigrasi yang bermusuhan (yang merupakan warisan dari administrasi AS sebelumnya) yang ditegakkan Presiden Trump adalah produk dari sebuah sistem yang melihat segala sesuatu lewat kacamata dolar, dan perlindungan keuangan suatu negara lebih diprioritaskan daripada kesucian hidup dan martabat manusia.

Nazreen juga menegaskan, gambar itu bercerita tentang sistem nasionalistik yang tidak bermoral, yang dianut oleh negara-negara di seluruh dunia, yang merendahkan suatu manusia dari ras dan bangsa lain. Politik diwarnai oleh kepentingan ekonomi nasional yang egois, yang menjadikan orang yang berkuasa menjadi acuh tak acuh dan menutup mata terhadap penderitaan dan kebutuhan manusia. Sistem ini memiliki pandangan dunia yang rabun, yang melihat orang-orang dari negara lain sebagai beban ekonomi pada negara lain dan bukan sebagai sumberdaya positif bagi negeri mereka.

Ia juga menegaskan, gambar itu memberikan gambaran dunia yang sangat membutuhkan sistem alternatif. Suatu sistem yang benar-benar peduli terhadap kemanusiaan dan yang tujuannya adalah untuk mengangkat penindasan dari umat manusia. Sebuah sistem yang akan menghancurkan perbatasan nasionalistik yang dipecah-belah yang dipaksakan Barat antara negeri-negeri Muslim dan menyatukan kekayaan, sumberdaya dan penduduk di wilayah tersebut.

“Sebuah sistem yang menolak konsep korosif nasionalisme dan politik negara-bangsa, dan sebaliknya akan memberikan kewarganegaraan, perlindungan dan kehidupan yang baik bagi siapa saja yang ingin hidup di bawah pemerintahan yang adil – terlepas dari ras, kebangsaan, etnis atau agama mereka; dan sebuah sistem yang memosisikan keuntungan finansial tidak akan pernah mengesampingkan perlindungan hidup dan martabat manusia,” ungkapnya menggambarkan sistem Islam.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

19 − 6 =

Back to top button