Kilas Dunia

Otoritas Palestina yang Pertama Melanggar Ketentuan Karantina

Pal-tahrir.info menilai Otoritas Palestina yang pertama melanggar ketentuan karantina sehingga secara alami muncul gelombang kedua pandemi Covid-19.

“Seharusnya Otoritas yang bertanggung jawab atas situasi yang menimpa rakyat Palestina. Pasalnya, Otoritas yang pertama melanggar ketentuan karantina dan pencegahan pandemi, sebagaimana yang dijelaskan dan ditunjukkan oleh Islam, yaitu melarang pergerakan antara tempat-tempat yang terkena dampak dan yang sehat dengan bentuk yang sangat ketat,” tulis pal-tahrir.info, Senin (13/7/2020).

Menurut pal-tahrir.info, orang yang mencermati tindakan Otoritas dan pemerintahnya melihat tingkat kebingungan dalam menangani krisis. Pasalnya, pemerintah telah berjalan dalam lingkaran setan, yaitu penutupan yang berulang. Otoritas berusaha keras untuk menutupi kelengahan dan kegagalannya dengan meminta masyarakat bertanggung jawab atas apa yang terjadi.

Padahal, lanjut pal-tahrir.info, awalnya Otoritas yang meminta para pekerja untuk pergi ke entitas Yahudi pada puncak pandemi, setelah membiarkan mereka tanpa alternatif atau pilihan lain dari mana mereka akan hidup. Kemudian Otoritas meminta mereka untuk kembali. Otoritas yang lalai melakukan pemeriksaan untuk mereka, dan menjamin tempat-tempat karantina yang layak untuknya.

Otoritas mendatangkan kesempitan bagi warga Palestina dan memberatkan beban perekonomiannya, tanpa memberikan kehidupan yang layak bagi para pekerja untuk mencari nafkah. Lalu mereka didorong untuk menanggung risiko sendiri dan bekerja di luar.

“Akibat kelalaian dan pergerakan yang terus-menerus antara tempat-tempat yang terkena dampak dan yang sehat, maka terjadi gelombang kedua wabah Covid-19 secara alami,” beber pal-tahrir.info.

Kurangnya komitmen masyarakat terhadap langkah-langkah pencegahan yang ditudingkan Otoritas, maka pembenarannya terletak pada model yang begitu lemah yang diberikan Otoritas kepada masyarakat tentang bagaimana hidup berdampingan dengan penyakit melalui pergelaran festival dan perayaan nasional, juga terletak pada pembukaan pasar dan segala sesuatu terbuka lebar, terutama bank. “Sementara itu Otoritas mendesak untuk menutup rumah-rumah Allah dengan cara yang terang-terangan,” ungkap pal-tahrir.info.

Anehnya, lanjut pal-tahrir.info, Otoritas membuka negara secara luas sebelum Idul Fitri hingga pasar dipenuhi dengan manusia. Otoritas berencana untuk membukanya segera setelah Idul Fitri, dan Otoritas membatasi penutupan pada hari-hari Idul Fitri dengan cara yang mendorong masyarakat untuk menyadari sejauh mana Otoritas mengabaikan pemikiran mereka yang sehat, yang menolak gagasan bahwa “virus itu tidak ada kecuali pada hari-hari raya dan ibadah mereka, sedangkan virus tidak ada sebelum dan sesudahnya!” []

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

16 − eleven =

Back to top button