Kilas Dunia

Pernah Jadi Duta Keadilan, Justru Facebook Bahayakan Keadilan

Facebook yang pernah menasbihkan dirinya sebagai duta demokrasi dan keadilan dengan slogan ‘Connects You with the People Around You’ dinilai Direktur Institute Muslimah Negarawan (IMuNe) Dr. Fika Komara justru melakukan banyak tindakan yang membahayakan masyarakat dan keadilan sosial.

Facebook paper menguak sisi gelap korporasi sosial media tertua di dunia itu dengan melaporkan bagaimana Facebook menabur konflik dan perselisihan. Ironisnya, Facebook yang pernah menasbihkan dirinya sebagai duta demokrasi dan keadilan dengan slogan ‘Connects You with the People Around You’ justru melakukan banyak tindakan yang membahayakan masyarakat dan keadilan sosial,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Rabu (10/11/2021).

Menurut Fika, disinformasi dan hoaks justru banyak dibiarkan oleh Facebook, seperti hoaks soal vaksin, ujaran kebencian yang tebang pilih, hingga pembiaran bagaimana pelaku perdagangan manusia memakai platform Facebook untuk mengeksploitasi orang. “Namun Facebook diam, demi bisnis perusahaan dan cuan,” sesalnya.

Fika menilai, algoritma Facebook sangat berorientasi pada keuntungan dan bisnis. “Dampak penggunaan algoritma ini menciptakan batas echo chamber di dunia maya yang hanya menguntungkan client-client komersial Facebook, termasuk client dari kelompok politik. Dampaknya sangat merusak. Polarisasi sosial politik bisa terjadi dan mengantarkan pada perpecahan,” ungkapnya.

“Frances Haugen, mantan karyawan Facebook, sang whistleblower, bahkan bersaksi di hadapan subkomite Senat AS. Ia mengatakan, ‘Produk Facebook membahayakan anak-anak, memicu perpecahan, dan melemahkan demokrasi’,” tambahnya.

Ia melihat, ternyata Facebook hanya peduli pada keuntungan bisnis dibandingkan tatanan keadilan dan kemanusiaan. “Dulu saat awal kemunculannya Facebook seolah berperan seperti saluran keadilan. Bahkan sempat terjadi masa ‘revolusi Facebook’ mewadahi aspirasi umat tertindas, seperti Arab Spring dan Gerakan 212. Namun, saat ini klaim tersebut lebih terasa sebagai slogan memuluskan agenda globo capitalism,” jelasnya.

Menurut Fika pula, Facebook tak lebih seperti jamaknya korporasi kapitalis lainnya. “Makin ke sini makin terungkap praktik-praktik zalim Facebook dalam kerangka surveillance capitalism (pengintaian kapitalisme) yang memainkan algoritmanya terhadap masyarakat, termasuk terhadap aktivis Muslim dan agenda umat Islam,” tandasnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 × three =

Back to top button