Kilas Dunia

Terkait Rohingya, Cina Tegaskan Kembali Sikap Anti Islamnya

Tidak puas dengan memenjarakan satu juta Muslim di Provinsi Xinjiang, Cina juga berusaha untuk mengirimkan bencana atas Muslim Rohingya.

Menurut Reuters, isu Rohingya tidak boleh dibuat rumit, diperluas atau “diinternasionalisasi”, kata seorang diplomat senior Cina, ketika PBB bersiap membentuk badan untuk mempersiapkan bukti pelanggaran hak asasi manusia di Myanmar. Dewan Hak Asasi Manusia PBB membentuk badan itu – September 2018 yang lalu, yang juga akan mencari kemungkinan genosida di negara bagian Rakhine barat Myanmar.

Namun, Cina, Filipina dan Burundi menentang langkah itu, yang pendukungnya mengatakan didukung oleh lebih dari 100 negara.

Selama setahun terakhir, lebih dari 700.000 Muslim Rohingya telah melarikan diri dari negara mayoritas Budha ke negara tetangga Banglades menyusul aksi militer terhadap serangan terhadap pos keamanan oleh gerilyawan Rohingya. PBB telah menyebut tindakan Myanmar sebagai “pembersihan etnis”. Tuduhan ini ditolak oleh Myanmar dan malah menyalahkan “teroris” Rohingya untuk sebagian besar tuduhan kekejaman.

Cina memiliki hubungan dekat dengan Myanmar. Cina mendukung apa yang disebut oleh pejabat Myanmar sebagai operasi counter-insurgency (kontra-pemberontakan) yang sah di Rakhine. Beijing telah membantu untuk memblokir resolusi tentang krisis tersebut di Dewan Keamanan PBB.

Menurut Kantor Berita Hizbut Tahrir, sudah menjadi hal yang biasa di antara beberapa kalangan Muslim untuk memandang Cina sebagai alternatif yang penuh kebajikan terhadap imperialisme Amerika. Sama seperti generasi sebelumnya yang terbiasa melihat Uni Soviet sebagai alternatif. Padahal Allah SWT justru berfirman tentang orang-orang kafir (yang artinya): Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain… (TQS al-Anfal [8]: 73).

Kantor Berita HT juga menegaskan, umat Islam tidak akan pernah lolos dari musibah yang dihadapi hingga umat Islam bergantung pada Allah SWT, taat kepada-Nya dan menerapkan sepenuhnya dien yang Dia wahyukan melalui junjungan Nabi Muhammad saw.

“Umat tidak memiliki kemampuan, tanah dan sumberdaya apa pun. Semua yang dibutuhkan adalah penyatuannya, yang hanya dapat dicapai atas dasar akidah Islam setelah umat menolak akidah sekuler, pemikiran dan sistem Barat yang telah membuat kita terpecah-pecah dan masih tunduk pada dominasi Barat bahkan setelah berakhirnya kolonialisme formal,” pungkasnya seperti dilansir Mediaumat.news, Jumat (9/11/2018).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

20 − 11 =

Back to top button