Pengantar

Pengantar [Kekuasaan dalam Islam]

Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.

Pembaca yang budiman, kekuasaan dalam Islam sangatlah penting. Begitu pentingnya, Imam al-Ghazali menyatakan, “Agama (Islam) dan kekuasaan itu ibarat saudara kembar.”

Bahkan beliau menyatakan, “Agama (Islam) adalah pondasi. Kekuasaan adalah penjaganya.”

Konsekuensinya, kekuasaan tanpa agama (Islam) bakal rusak. Sebaliknya, agama (Islam) tanpa kekuasaan bisa hancur.

Sayangnya, itulah yang terjadi di tengah-tengah kaum Muslim saat ini. Pasalnya, dalam sistem demokrasi yang dipraktikkan oleh kaum Muslim selama ini, agama (Islam) benar-benar dilepaskan dari kekuasaan. Wajar saja. Sebabnya, sistem demokrasi berpangkal pada sekularisme. Sekularisme adalah aqidah yang memisahkan agama dari kehidupan, termasuk dari politik dan kekuasaan.

Akibatnya sudah sangat jelas. Kekuasaan dalam sistem demokrasi melahirkan tirani. Dalam demokrasi, yang sering berlaku adalah hukum besi oligharki. Demokrasi sebagai pemerintahan rakyat hanya jargon kosong belaka. Faktanya, yang sering terjadi, penguasa acapkali berlaku zalim terhadap rakyatnya. Sebaliknya, mereka acapkali begitu memanjakan para pemilik modal. Ini pun wajar belaka. Sebabnya, para pemilik modallah yang umumnya menjadi pihak yang mem-back-up penuh para penguasa sebelum mereka berkuasa. Ratusan miliar bahkan triliunan rupiah bisa digelontorkan oleh para kapitalis itu untuk mendudukkan seseorang  di kursi kekuasaan. Dana yang amat besar itu tentu tidak gratis. Semua harus dikembalikan—plus dengan berbagai kompensasi yang amat besar—setelah seseorang yang mereka dukung benar-benar menjadi penguasa. Bagaimana caranya? Tidak lain, penguasa harus membuat berbagai undang-undang dan kebijakan yang memungkinkan para kapitalis itu bisa merampok kekayaan milik rakyat—seperti SDA—secara legal. Itulah yang terjadi.

Karena itu jelas, kekuasaan dalam sistem demokrasi itu rusak dan merusak. Karena itu pula sistem demokrasi tak bisa terus dibiarkan bercokol di negeri-negeri Muslim. Saatnya umat Islam fokus pada upaya menegakkan kekuasaan Islam. Tentu tidak lewat jalan demokrasi yang penuh dengan tipudaya dan rekayasa.

Pertanyaannya: Jika tidak lewat jalan demokrasi, lalu bagaimana caranya?

Itulah yang dibahas dalam tema utama al-waie edisi kali ini, selain sejumlah tema menarik lainnya. Selamat membaca!

Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

14 − 12 =

Back to top button