Kilas Dunia

Guru AS Dipersenjatai, Tak Selesaikan Persoalan

Wacana mempersenjatai para guru di seluruh negara bagian Amerika Serikat (AS) yang digulirkan pendukung hak bersenjata dinilai Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi tidak akan menyelesaikan persoalan.

“Jelas upaya mempersenjatai guru di Texas (dan seluruh negara bagian AS) tidak akan menyelesaikan persoalan,” tegasnya kepada Mediaumat.id, Rabu (1/6/2022).

Wacana tersebut muncul lantaran Jaksa Agung Texas Ken Paxton menyerukan agar guru dipersenjatai setelah kejadian penembakan di Texas pada Selasa, 24 Mei 2022 di sebuah SD. Korban tewas sejauh ini 19 anak-anak dan dua guru.

Solusi berupa mempersenjatai guru itu tak menyentuh akar permasalahannya. Walhasil, jelas Farid, tragedi serupa, yakni penembakan massal seperti di negara bagian terbesar kedua AS tersebut tak akan bisa berhenti.

Sebabnya, sekalipun guru dipersenjatai, misalnya, bukan berarti pelakunya nanti tidak menggunakan senjata yang lebih canggih. Bahkan lebih hebat daripada senjata yang digunakan guru.

“Akar persoalan itu sebenarnya muncul dari ideologi Kapitalisme itu sendiri,” tegas Farid.

Maknanya, kata Farid, sebagaimana banyak pihak yang sudah berulang mengangkat persoalan ini, akar kekerasan di AS justru berpangkal dari nilai-nilai Kapitalisme yang memang menghalalkan segala cara berikut prinsip kebebasan yang mereka junjung tinggi.

Malah mereka menganggap kebebasan memiliki senjata, lanjut Farid, setara dengan kebebasan beragama, berkumpul, ataupun berpendapat.

“Ditambah lagi dengan ekspor ideologi Kapitalisme yang menggunakan kekerasan,” sambungnya. Farid juga menguraikan bahwa mereka melakukan itu nyaris tanpa ada pertimbangan kemanusiaan.

Dengan kata lain, mereka telah biasa membantai, bahkan dengan cara menjatuhkan bom napalm sekalipun untuk menghancurkan manusia. “Bukan hanya menghancurkan manusia, tetapi juga menghancurkan lingkungan,” timpalnya terkait Perang Vietnam pada 8 Juni 1972 silam.

Lebih mengerikan lagi, lanjut Farid, kejahatan-kejahatan mereka dilegalkan atas nama nilai-nilai AS.

Sebutlah pengeboman di Suriah yang dari situ terjadilah glorifikasi terhadap kultur kekerasan AS. “Itu dibangun lebih kuat lagi di dalam negeri dengan keberadaan milisi-milisi bersenjata yang itu memiliki pengaruh politik yang cukup kuat yang menjadi pertimbangan para politisi” ulasnya.

Dibangun pula semacam kultur budaya, pikiran dan perasaan melalui film-film. Di antaranya, ‘Rambo’ yang digambarkan sebagai sosok pahlawan di balik predikat AS yang sebenarnya adalah negara penjajah yang masuk ke Vietnam dengan kekerasan.

“Kita tahu mungkin ada acara televisi seperti wrestling,” tambahnya tentang sebutan pergulatan yang juga sarat kekerasan fisik.

Lantas untuk bisa menyelesaikan persoalan demikian, menurut Farid adalah, masyarakat AS harus mencampakkan ideologi Kapitalisme yang bermasalah itu.

Selanjutnya, menurut Farid, di situlah Islam seharusnya dipandang sebagai solusi. “Bukan hanya bagi masyarakat Amerika, tetapi bagi Dunia Islam yang rahmatan lil ‘alamin,” pungkasnya.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

six − five =

Back to top button