Kilas Dunia

Kejahatan Saudi yang Sesungguhnya, Khashoggi atau Yaman?

Suatu perselisihan muncul atas opini publik Barat mengenai penjualan senjata ke Arab Saudi setelah muncul masalah Khashoggi.

Menurut Reuters, Kanselir Jerman Angela Merkel berjanji lagi pada hari Jumat untuk menghentikan semua ekspor senjata buatan Jerman ke Arab Saudi hingga ada penjelasan mengenai pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi.

“Penting untuk memperjelas latar belakang insiden yang mengerikan ini,” katanya di Praha saat konferensi pers dengan Perdana Menteri Ceko Andrej Babis. “Jika itu tidak dilakukan, kami tidak akan mengirimkan senjata apa pun kepada Saudia Arabia.”

Sikap Jerman ini ikut menekan negara-negara Barat lainnya, termasuk Amerika, Inggris, Kanada dan Prancis yang menolak seruan untuk menghentikan pengiriman puluhan senjata dan bernilai ratusan miliar dolar.

Namun, tragedi yang sesungguhnya bukanlah Khashoggi, tetapi Perang Yaman, yang terbukti menjadi salah satu perang paling brutal yang disaksikan dunia.

Menurut Middle East Eye, PBB memperkirakan bahwa sekitar 22 juta orang, yakni tiga perempat penduduk Yaman, bergantung pada bantuan kemanusiaan.

Jan Egeland, kepala Dewan Pengungsi Norwegia dan Penasihat PBB, memperingatkan pada awal bulan ini bahwa kelaparan sudah dekat.

“Warga sipil di Yaman tidak sedang kelaparan, tapi mereka dibuat kelaparan. Ketahuilah bahwa kelaparan terburuk di zaman ini sepenuhnya adalah kelaparan yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik Yaman dan sponsor internasional mereka,” katanya.

Kantor Berita Hizbut Tahrir menyebutkan, pandangan Barat tentang sejarah menggambarkan dunia modern sebagai lebih beradab daripada yang terjadi sebelumnya. Dalam kenyataannya, dunia jauh lebih beradab pada zaman Daulah Islam memimpin dunia sebagai satu-satunya negara adikuasa. Tentaranya berperang dengan standar etika dan kesatriaan yang tinggi.

“Barat membuang semua itu karena obsesinya atas kekuatan materi dengan mengobarkan perang total terhadap seluruh masyarakat. Perdamaian dan keadilan tidak akan kembali ke dunia hingga berdirinya kembali Negara Khilafah Islam yang berjalan pada Metode Kenabian. Negara inilah yang akan menyatukan negeri-negeri Muslim, mengamankan mereka dari orang-orang asing yang kafir, yang bersikap bermusuhan, dan memimpin umat manusia untuk menemukan kembali kemanusiaannya,” pungkasnya seperti lansir Mediaumat.news, Rabu (31/10/2018).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 × 5 =

Back to top button