Kilas Dunia

Perang Suku di El Geneina, Tanggung Jawab Pemerintah

Hizbut Tahrir Wilayah Sudan pada 6 April 2021 merilis pernyataan yang dikeluarkan melalui Juru Bicara resminya, Ibrahim Utsman (Abu Khalil), terkait pertempuran antarsuku yang meletus untuk kedua kalinya, dalam waktu kurang dari tiga bulan, di Kota El Geneina, ibukota Negara Bagian Darfur Barat, yang menyebabkan lebih dari 50 orang tewas dan 132 luka-luka, saat pernyataan dibuat. Pemerintah tidak melakukan tindakan serius apa pun untuk mencegah gangguan dan perang terkutuk tersebut.

Untuk itu, melalui pernyataannya, Hizbut Tahrir Wilayah Sudan menganggap Pemerintah bertanggung jawab penuh atas kelambanan dan kegagalannya untuk menyelesaikan masalah, terutama karena insiden ini terjadi berulang di wilayah yang sama, dan menekankan hal berikut:

Pertama, melindungi keamanan rakyat adalah tanggung jawab negara, bukan tanggung jawab gerakan bersenjata, UNAMID, UNITAMS, atau lainnya.

Kedua, nasihat kepada warga di Al-Geneina: Apakah tidak ada di tengah Anda seorang tokoh panutan?! Bagaimana bisa Anda berperang atas dasar suku. Padahal Nabi saw. bersabda, “Siapa saja yang mati di bawah bendera kefanatikan, dia marah karena fanatik kesukuan atau karena ingin menolong kebangsaan kemudian dia mati, maka matinya seperti mati jahiliyah. Siapa saja yang keluar dari umatku, kemudian menyerang orang-orang yang baik maupun yang fajir tanpa memperdulikan orang Mukmin, dan tidak pernah mengindahkan janji yang telah di buatnya, maka dia tidak termasuk dari golonganku dan saya tidak termasuk dari golongannya.” (HR Muslim).

Ketiga, yang menciptakan ketegangan antarsuku, terutama di Darfur, adalah keadaan polarisasi tajam yang dilakukan oleh Pemerintah dan gerakan bersenjata, sehingga menjadi inkubator atas apa yang terjadi sekarang di El Geneina.

Keempat, apa yang disebut perjanjian damai, justru menekankan dan menegaskan bahwa itu tidak menciptakan perdamaian. Sebaliknya, ia menjadi penyebab kekacauan, sebab pemerintah berpihak pada mereka yang membawa senjata dan berbagi kekuasaan dengan mereka, yang membuat marah kelompok lain yang belum mendapatkan kesempatan menikmati kue pemerintahan.

Terakhir, pernyataan tersebut mengingatkan dan menyerukan kepada rakyat di Darfur, serta di berbagai wilayah lain di Sudan, bahwa tidak ada keselamatan bagi semuanya kecuali dengan kembali pada Islam. Islamlah yang bakal menciptakan kehidupan layak bagi semua, dan menyatukan manusia dari semua ras dan suku, serta menjadikan mereka saudara yang penuh kasih, dengan rumah Islam yang agung. Tidak ada seorang yang dinilai lebih utama daripada siapa pun dan apa pun, kecuali dengan takwa dan amal shalihnya.

“Untuk itu, berjuanglah demi kemuliaan dan kehidupan yang layak dalam ketaatan kepada Allah SWT, yaitu dengan berjuang keras bersama generasi umat yang mukhlis dalam rangka menegakkan negara Islam, Khilafah Rasyidah kedua ‘ala minhâjin nubuwah,” pungkasnya. [Joy dan Tim]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

five × two =

Back to top button