Pajak Besar Dianggap Solusi Kenya, Padahal Sebaliknya
Terkait kenaikan pajak secara drastis meningkatkan semua spektrum ekonomi setelah RUU Keuangan disahkan dan menjadi undang-undang di Kenya, Anggota Kantor Media Hizbut Tahrir di Kenya Ali Omar menyatakan,
“Pemerintahan Kenya Kwanza percaya, mengumpulkan pajak yang besar adalah solusinya, namun hasilnya di lapangan berbeda dari kesuraman retorika politik.” Demikian sebagaimana dilansir Mediaumat.id, Rabu (12/7/2023).
Karena, jelasnya, pengangguran akan meningkat. Kemiskinan akan meningkat juga. Gagal bayar atas pinjaman juga akan meningkat karena beban keuangan akan menyulitkan individu untuk membayar dan menghormati utang.
Hal ini pada gilirannya, prediksi Ali, akan mendistorsi pasar modal karena sebagian besar orang akan menimbun uang tunai dalam deposito tetap daripada berinvestasi di pasar.
“Transaksi komersial sebagai unit ekonomi akan mencapai titik terendah. Akibatnya, banyak yang akan membingkai ulang pengeluaran untuk mencapai dasar-dasar dan pembayaran tagihan utilitas yang besar,” sebutnya.
Tidak Punya Pilihan.
Menurut Ali, perpajakan sebagai sumber utama pendapatan negara Kapitalisme membuat pemerintah Kenya Kwanza tidak punya pilihan, terutama setelah utang nasional yang sangat besar mencapai hampir 70 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB).
Lebih buruk lagi, lanjutnya, semua properti publik seperti listrik, minyak, dll dimiliki oleh perusahaan-perusahaan swasta yang bertujuan mendapatkan keuntungan dari kesengsaraan rakyat.
“Pajak yang tinggi dan privatisasi properti publik memang telah membuat tagihan utilitas publik menjadi beban keuangan tanpa belas kasihan sama sekali,” tegasnya.
Menghambat Produksi.
Ali juga menyebut, perpajakan pada dasarnya menghambat produksi, suatu solusi yang diyakini kapitalisme karena kelangkaan sumberdaya.
Hal ini menimbulkan pertanyaan di benak Ali, “Mengapa pajak merupakan solusi untuk ekonomi yang merupakan dasar mata pencaharian? Kekurangan dalam sistem membuatnya terkapitasi dalam mengelola urusan rakyat. Mengapa pendapatan pajak telah diupayakan berkontribusi terhadap PDB?”
“Jawabannya sederhana: semua yang bersifat publik telah dibuat privat, sehingga meninggalkan warga negara untuk belas kasihan perusahaan yang tujuan utamanya adalah keuntungan,” tegasnya.
Islam.
Berbeda dengan Kapitalisme yang menyengsarakan manusia, Islam yang merupakan rahmat dari Pencipta manusia, kehidupan dan alam semesta, jelas Ali, berdiri sebagai bukti sejarah tentang bagaimana umat manusia diangkat dari belenggu perbudakan ribawi dan entitas politik pada zaman mereka menuju masyarakat fungsional yang tinggi yang memberantas kemiskinan dan membuat mata pencaharian mudah dicapai tanpa batasan dari negara khilafah yang berjalan di atas metode kenabian, tetapi menjadi fasilitator utama untuk kehidupan yang terhormat.
Ali pun membacakan firman Allah SWT dalam QS al-Hasyr ayat ke-7, yang artinya: Apa saja (harta yang diperoleh tanpa peperangan) yang dianugerahkan Allah kepada Rasul-Nya dari penduduk beberapa negeri adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak yatim, orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan. (Demikian) agar harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kalian. Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah. Apa yang dia larang atas kalian, tinggalkanlah. Bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah sangat keras hukuman-Nya. [Joy dan Tim]