Jejak Khilafah Di Sulawesi: Menyibak Jalinan Politik dan Spiritual yang Dilupakan (Bagian 11)
Khilafah ‘Abbasiyyah dalam Cap Sulawesi
Selain mempunyai keterikatan dengan Khilafah ‘Utsmaniyah yang berpusat di Makkah (secara spiritual) dan Istanbul (secara politik), para penguasa Islam di Sulawesi Selatan ternyata juga punya kenang-kenangan dengan Khilafah ‘Abbasiyah. Ini tersirat pertama kali ketika sultan Tallo’ pertama, Sultan ‘Abdullah Awwal al-Islam Tumamenang ri Gaukanna, dianugerahi cucu dari anaknya yang menjadi sultan Tallo’ kedua; Sultan ‘Abdul Ja’far Muzhaffar Tumammaliang ri Timoro’ (berkuasa 1623-1641). Cucunya itu terlahir dengan nama I Mappaio Daeng Mannauru. Namun, ketika berkuasa nanti di tahun 1654 bergelar “Sultan Harun ar-Rasyid”. Tidak bisa dipungkiri, gelar tersebut terinspirasi dari nama Khalifah ‘Abbasiyah teragung yang pernah berkuasa di Baghdad, Harun ar-Rasyid (berkuasa 786-809).
Selain Sultan Harun ar-Rasyid Tuamenanga ri Lampanna dari Tallo’, ada beberapa orang besar di Gowa, Bone, dan Soppeng yang mencantumkan nama-nama Khalifah ‘Abbasiyah. Semuanya terkandung dalam cap-cap resmi yang mereka gunakan sebagai tanda keabsahan sebuah dokumen itu asli dari mereka. Saya mengumpulkannya dari katalog cap-cap Islam di Asia Tenggara yang dikumpulkan Annabel Teh Gallop dalam Malay Seals from the Islamic World of Southeast Asia. Stempel cap tersebut bahkan sebagiannya masih tersimpan di Museum La Pawawoi, Watampone. Ada 21 cap dari Sulawesi yang menggunakan nama-nama Khalifah ‘Abbasiyyah seperti al-Watsiq Billah (paling banyak: 16 cap, berkuasa 842-847 di Baghdad), al-Mutamassik ‘Alallah (tepatnya: al-Mutamassik Billah, berkuasa 893-914), dan al-Mutawakkil ‘Alallah (berkuasa 884-893). Untuk lebih detailnya bisa kita lihat dalam tabel berikut ini: