Menghentikan Aliran Darah yang Tertumpah di Gaza
Pembantaian barbar Israel kepada rakyat Palerstina kembali dilakukan. Sebelumnya selama berhari-hari di penghujung Ramadhan 1442 H Kepolisian Israel melakukan kekerasan kepada warga Palestina di Masjidil Aqsa. Selanjutnya Hamas menuntut Israel menarik pasukan Kepolisian di lokasi tersebut dan Distrik Sheikh Jarrah yang menghadapi ancaman penggusuran oleh pemukim Yahudi. Bereaksi atas kekerasan Israel yang semakin menggila, pihak Hamas menembakkan 130 rudal ke Tel Aviv, Israel pada Selasa (11/5/2021).
Merespon serangan dari Hamas, militer Israel meluluhlantakkan Gaza. Korban di pihak rakyat Palestina mencapai ratusan jiwa, sementara PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa serangan Israel terhadap kelompok Hamas di Gaza belum selesai.
Panggung Kebiadaban Terus Berulang
Ketika umat bangkit dan sadar akan adanya pembantaian di Gaza, kita harusnya juga sadar bahwa akar masalahnya adalah kebijakan luar negeri kapitalis. Kebijakan itulah yang sudah membangun Negara Israel dan dengannya pula Barat mendukung para penguasa Muslim pengkhianat sebagai sebuah cara memastikan bahwa Umat masih tetap dalam dominasi Kapitalisme.
Hanya dengan pendirian kembali Khilafah Rasyidah di tanah kaum Muslimlah hukum Islam bisa dipulihkan dan penduduk di wilayah itu kembali bisa hidup tenang, adil, dan aman.
Pembantaian oleh Israel di Gaza telah mengakibatkan kematian sampai detik ini mencapai 133 orang dan melukai 487 orang lainnya. Kehancuran yang diakibatkan oleh pengeboman berhari-hari cukup besar ketika puing-puing kehancuran masih berasap di Gaza. Kisah kekejaman itu terus bermunculan. Israel membunuh perempuan dan anak-anak dan terus menembaki keluarganya. Mereka pun menghancurkan tumbuhan, bangunan dan pepohonan.
Rasulullah saw. menyatakan, “Perumpamaan orang-orang beriman dalam kecintaan, kasih-sayang dan ikatan emosional ibarat satu tubuh. Jika salah satu anggotanya sakit, seluruh anggota tidak dapat istirahat dan sakit panas.” (HR al-Bukhari).
Tubuh kaum Mukmin kembali menderita. Tidak bisa tidur dan demam ketika Israel melakukan aksi terornya terhadap Muslim Palestina. Gaza diserang hampir tiap hari selama bertahun-tahun. Tidak puas hanya dengan membunuh Muslim saja, Israel juga memblokade Gaza. Melarang pemasokan makanan, air, kesehatan dan bahan bakar untuk kebutuhan penduduk sehari-hari. Hidup untuk warga Muslim sungguh sengsara. Bahkan banyak keluarga yang terpaksa harus makan rumput.
Israel adalah musuh umat Islam yang nyata. Kejahatannya terhadap warga Muslim Palestina sudah jelas. Serangan terakhir ini sebenarnya tidak mengejutkan. Yang lebih buruk dari itu adalah pengkhianatan para penguasa Muslim, khususnya di sekeliling Israel seperti Al-Sisi dari Mesir, Erdogan dari Turki. Mereka membantu dan mendukung blokade Israel terhadap Gaza dan pendudukan Palestina serta terus melanjutkan hubungan dagang dengan Israel.
Kejadian-kejadian yang terjadi belakangan ini menekankan pentingnya penyelesaian isu Palestina. Pembantaian yang terjadi itu merupakan suatu pengingat yang menyakitkan atas banyak pembantaian lain yang telah terjadi yang dilakukan oleh Israel. Contohnya, Israel telah membunuh lebih dari 20.000 orang Palestina dalam rentang waktu 4 bulan ketika mereka mengebom Libanon tahun 1982. Sebagai perbandingannya, Israel kehilangan 21.182 penduduknya dalam usaha pendirian Negara Israel selama lebih dari 120 tahun (yakni dari tahun 1882 hingga 2002)
Hal ini hanya berkaitan dengan tingkat kematian, belum menggambarkan penderitaan yang dialami sehari-hari oleh penduduk yang tinggal di bawah pendudukan Israel, seperti menghadapi penghinaan di titik-titik pemeriksaan dan mengalami kesulitan ekonomi yang berat. Dengan kesedihan yang dalam, kita menyadari bahwa situasi ini telah ada selama lebih dari 70 tahun. Akibatnya, kita harus paham akar konflik dan hanya menyelesaikannya seperti yang diwahyukan oleh Allah SWT.
Perspektif Islam
Palestina merupakan persoalan Islam. Palestina menjadi sebuah permata yang megah dalam sejarah kaum Muslim sejak Allah SWT mengaitkan Masjid Suci di Makkah, yakni ketika Allah SWT membawa Rasul-Nya pada malam hari dari Masjid Suci ke Masjidil al-Aqsha (QS al-Isra’ [17]: 1).
Allah SWT telah menjadikan Palestina sebuah negeri yang diberkahi. Dia menghubungkan hati kaum Muslim dengan Baitul Maqdis dengan menjadikannya sebagai kiblat shalat yang pertama.
Karena itu cara saru-satunya bagi umat untuk memandang Palestina adalah melalui perspektif Islam. Kita harus bekerja bersama umat untuk menyangkal seruan para penguasa Arab dan Muslim yang berusaha untuk memberikan bingkai kembali atas isu itu sebagai sebuah isu Arab, kemudian sebagai sebuah isu Palestina, dan sekarang hanya sebagai isu Gaza! Nasionalisme merupakan sebuah ide jahat yang merupakan sumber kehancuran di dalam Umat. Nabi Muhammad saw. mengatakan, “Tinggalkanlah itu (‘ashabiyyah) karena ia adalah sesuatu yang busuk.” (HR al-Bukhari).
Kekuatan kolonial jahat seperti Inggris dan Perancis sangat bergantung pada nasionalisme untuk menghancurkan Khilafah. Pertama kali mereka menghasut orang-orang Yunani, Serbia dan orang-orang Kristen lainnya yang hidup di bawah Khilafah untuk memberontak melawan Khilafah Utsmaniyah. Mereka lalu menggunakan alat yang sama untuk mendorong perselisihan antara orang Arab dan orang Turki. Ini merupakan satu dari alat-alat utama untuk menghancurkan Khilafah, yang membuka jalan bagi pendirian Israel.
Israel: Sebuah Unsur Negara Kapitalis
Rencana untuk menanam sebuah “unsur asing” di dalam jantung umat Islam telah dicanangkan pada tahun 1907 oleh orang-orang Inggris yang dimuat dalam Campbell-Bannerman Report, yang menyatakan:
Ada orang-orang (Muslim) yang mengontrol wilayah yang sangat luas yang penuh dengan sumber-sumber daya tersembunyi. Mereka mendominasi perlintasan rute-rute dunia. Tanah mereka adalah buaian peradaban manusia dan agama-agama. Orang-orang itu memiliki satu keyakinan, satu bahasa, satu sejarah dan aspirasi-aspirasi yang sama. Tidak ada rintangan-rintangan alami yang bisa mengisolasi orang-orang itu satu sama lain…Jika ada kesempatan bangsa ini bersatu ke dalam satu negara, nasib dunia akan berada di tangannya dan akan memisahkan Eropa dari bagian dunia yang lain. Dengan memandang permasalahan ini secara serius, sebuah unsur asing harus ditanamkan ke dalam hati bangsa itu untuk mencegah terpusatnya sayap-sayapnya sedemikian rupa sehingga unsur asing itu akan menghabisi kekuatannya pada perang-perang yang tidak berkesudahan. Unsur asing itu akan bertindak sebagai titik lompat bagi Barat untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkannya.
Setelah Perang Dunia II, Amerika menggantikan Inggris sebagai Superpower Kapitalis dan bekerja untuk mendominasi dunia. Negeri itu, seperti halnya Inggris, melihat Timur Tengah sebagai sebuah wilayah jajahan. Tahun 1944, Kementerian Luar Negeri Amerika secara terbuka menyatakan bahwa Timur Tengah adalah “suatu sumberdaya kekuatan strategis yang menakjubkan dan satu dari hadian-hadiah material dalam sejarah dunia”.
Kebijakan yang dilakukan negeri itu untuk mendapatkan “hadiah” (yang bukan merupakan milik mereka!) termasuk di antaranya dukungan bagi para penguasa pengkhianat dan Israel.
Menyadari pembentukan Israel sebagai sebuah produk kebijakan Kapitalis adalah merupakan hal penting bagi umat. Dengan pemahaman seperti ini, kita menyadari bahwa tujuan keseluruhan dari kebijakan semacam ini adalah untuk mencuri sumber-sumber daya alam kita, mencegah kesatuan kita, dan memastikan bahwa umat tetap berada di bawah dominasi Barat. Sebaliknya, kegagalan untuk menyadari hal itu akan mengakibatkan ketergantungan kepada Amerika, PBB, Inggris, atau Prancis untuk mendapatkan solusi.
Perspektif ini juga membantu kita untuk memahami secara pasti mengapa kaum Muslim dan para penguasa Arab sibuk menyerukan KTT dan gagal untuk membantu kaum Muslim di Gaza. Amerika dan Inggris telah membeli para penguasa itu untuk menerapkan kebijakan-kebijakan mereka. Mereka menyadari bahwa para penguasa boneka itu adalah kunci untuk menerapkan kebijakan-kebijakan mereka di wilayah itu. Hal ini sebagaimana yang diutarakan oleh Asisten Menlu AS untuk Timur Tengah Edward Walker yang bersaksi di depan Komite DPR pada tanggal 29 Maret, 2001:
…Mubarak memainkan peranan inti di antara orang-orang yang menyerukan perdamaian di wilayah itu dan dia mengutuk secara terbuka seruan untuk melakukan kekerasan terhadap Israel – seruan untuk memerangi Yahudi – dan menggunakan minyak sebagai senjata. Dia menentang boikot ekonomi atas produk-produk Amerika dan baru-baru ini dia mendukung usaha-usaha kami untuk memberikan keseimbangan di Dewan Keamanan…
Karena itu Amerika dan kebijakan Eropa untuk membantu Israel hanyalah satu dari banyak cara untuk memastikan bahwa umat tidak menerapkan Islam dan menentang hegemoni atas kekuatan-kekuatan kolonial.
Kunci Pembebasan Palestina
Sekali lagi Israel menunjukkan bahwa ia tidak menghargai kehidupan Muslim ketika ia membantai kaum Muslim di Gaza. Di lain pihak, peristiwa tragis ini juga membongkar kedok para penguasa Muslim. Mereka ternyata tidak memiliki tulang punggung keberanian dalam membela jiwa dan kehormatan umat.
Isu Palestina adalah sesuatu yang dekat dengan hati orang-orang yang beriman di seluruh dunia. Kaum Muslim rindu untuk melihat wilayah itu dibebaskan dari pemerintahan tiran Israel. Selama bertahun-tahun, Saudi Arabia adalah konsumen peralatan militer terbesar di dunia. Namun, itu semua tidak terpakai. Padahal Muslim dianiaya tidak jauh darinya. Perlu diingat bahwa pamor kekuatan militer Israel musnah di tahun 2006 ketika Hezbollah secara efektif mampu mempecundangi Israel. Dalam laporan komisi penyelidik Israel disebutkan banyak kegagalan dan penyebab kekalahan. Militer Israel tidak mampu menghadapi serangan gerilya dan tidak diciptakan untuk melakukan serangan darat. Hal ini terlihat dalam konflik 2006. Sekelompok paramiliter mampu menahan kekuatan militer yang didukung suatu pemerintah. Serbuan darat yang dilakukan Israel setelah 30 tahun ternyata gagal total. Terbongkarlah kelemahannya. Hancurlah pamornya.
Pasukan dari penjuru manapun di Dunia Islam mampu menghentikan pembantaian Palestina. Pasukan dunia Arab harus bertindak, bersatu dan memenuhi tanggung jawab mereka di hadapan Allah dalam melindungi nyawa Muslim di Palestina.
Ini bukan saatnya lagi untuk pertemuan, rapat dan gencatan senjata. Allah telah menentukan jihad sebagai solusi terhadap tindakan pengecut seperti sekarang. Hanya dengan pembentukan Khilafah, pasukan Muslim akan bebas berderap kembali dan berjihad di Palestina. Kalimatullah akan kembali menjadi tinggi. Hanya dengan Khilafah Rasyidah, umat secara efektif mampu melawan pendudukan yang diprakarsai oleh kekuatan kolonial dan dilaksanakan oleh Zionis. Dengan Khilafah, kaum Muslim, Yahudi, Kristen dan yang lainnya dapat hidup kembali dalam kedamaian, keadilan, dan sentosa; seperti yang telah terwujud sebelum Barat menginvasi dan menanamkan entitas asing di tanah kita. [Umar Syarifudin ; Pengamat Politik Internasional]