Pengantar

Pengantar [Beban Rakyat Kian Berat]

Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.

Pembaca yang budiman, dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan dan tahun ke tahun tampak beban ekonomi mayoritas rakyat makin berat. BBM makin mahal. Tarif listrik makin tinggi. Beban pajak—terbaru PPN—makin meningkat. Harga berbagai kebutuhan pokok lain—terbaru minyak goreng—makin tak terkendali.

Di sisi lain pendapatan tindak bertambah. Yang ada malah banyak yang berkurang. Otomatis, daya beli masyarakat juga menurun. Belum lagi angka pengangguran yang makin tinggi. Sebabnya, terutama semasa pandemi Covid-19, banyak perusahaan gulung tikar. Otomatis   PHK terjadi di mana-mana. Banyak pula UMKM yang bangkrut. Meski pandemi Covid-19 sudah berakhir, tak mudah dunia usaha untuk bangkit. Tak mudah pula orang untuk bisa kembali bekerja. Sebabnya, saat ini tak banyak perusahaan yang membuka lowongan kerja. Banyak yang mau membuka usaha, namun tak ada modal. Singkat kata, beban ekonomi rakyat memang makin berat.

Mengapa semua ini bisa terjadi? Padahal negeri ini kaya dengan sumberdaya alam yang berlimpah-ruah? Tidak lain karena sebagian besar kekayaan alam negeri ini hanya dikuasai oleh segelintir orang. Mereka adalah para kapitalis yang bersekongkol dengan penguasa membentuk oligarki. Oligharkilah sesungguhnya yang mengendalikan negeri ini. Otomatis, banyak kebijakan penguasa berpihak kepada para pengusaha dan kroni mereka, bukan berpihak kepada rakyat.

Akar penyebab semua itu tidak lain karena bercokolnya sistem kapitalisme-sekularisme-demokrasi. Inilah sesungguhnya biang keladi dari keterpurukan negeri ini. Korbannya tidak lain adalah rakyat kebanyakan.

Semua ini tentu membutuhkan solusi mendasar dan tuntas. Caranya tidak lain: campakkan sistem kapitalisme-sekularisme-demokrasi; lalu terapkan syariah Islam secara kâffah. Tentu dalam intitusi Khilafah Islamiyah لlâ  minhâj an-nubuwwah.

Di seputar itulah tema utama al-waie kali ini. Selain tema menarik lain lainnya. Selamat membaca!

Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

9 − six =

Back to top button