Baiti Jannati

Mengoptimalkan Ramadhan Di Tengah Keluarga

Ramadhan tahun ini adalah kedua kalinya dialami umat Islam pada saat pandemic Covid-19. Pandemi ini harus kita lalui hingga lebih dari satu tahun sejak awalnya di Wuhan. Efek domino yang ditimbulkan pandemi ini memukul semua lini kehidupan manusia. Dari mulai politik, ekonomi, perdagangan, pendidikan hingga menyentuh masalah kebutuhan perut individu. Jelas ini mengguncang melebihi kekuatan bencana tsunami yang dahsyat di suatu tempat.

Keluarga, yang merupakan institusi terkecil dalam masyarakat, tentu ikut terguncang dengan efek pandemi ini. Banyak kepala keluarga yang mengalami PHK atau dirumahkan. Dampaknya, kaum ibu dipaksa berjuang menambal kebutuhan dapur.  Kondisi ini mengakibatkan munculnya prahara dalam rumah tangga. Belum lagi harus membantu anaknya belajar di rumah.  Keharmonisan rumah tangga menjadi goyah. Komunikasi menjadi terhambat akibat stres keluarga menghadapi problem yang semakin bertubi-tubi.

Munculnya permasalahan ini bukan semata karena faktor  individu atau keluarga semata. Sistem kapitalisme yang rusak dan merusak inilah yang menjadi akar penyebabnya.

Sebagai Muslim tentu kita  tidak boleh mengambil ideologi kapitalisme ini sebagai pijakan. Pasalnya, sistem ini menjadikan manusia berhak membuat aturan. Dalam Islam, yang berhak mengatur kehidupan manusia hanyalah Allah SWT. Bukan akal manusia.

 

Momentum Ramadhan

Sebentar lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan. Sudah seharusnya kita menjadikan Bulan   Ramadhan ini  momen yang  penuh berkah bagi keluarga kita. Semakin mendekatkan hubungan kita dengan anggota keluarga lainnya. Dengan itu kita semakin tenteram dan harmonis, selain tentu saja mendapatkan berlimpah pahala dari Allah SWT.

Lalu bagaimana keluarga  kita mengisi hari-hari di Bulan Ramadhan penuh berkah ini?

Bulan Ramadhan memang bulan yang istimewa bagi umat Islam. Bulan yang ditunggu dan dinanti. Bahkan Rasulullah mengajarkan doa agar usia kita disampaikan hingga Ramadhan.

Karena itu keluarga Muslim harus mengoptimalkan Ramadhan dengan aktivitas yang akan mengantarkan pada ketaatan. Di antaranya  adalah:

Pertama, melaksanakan shalat wajib dengan berjamaah secara rutin. Menjadikan momen berlipatnya pahala melakukan kewajiban dan amal sunnah diganjar dengan pahala mengerjakan kewajiban. Dengan penuh suasana khusyuk, ayah atau anak laki-laki yang telah baligh menjadi imam shalat. Tentu suasana ini akan membuahkan ketenteraman dalam keluarga. Rasulullah saw. bersabda, “Shalat jamaah itu melebihi shalat sendirian dengan 27 derajat.” (HR al-Bukhari).

Tentu keutamaan shalat berjamaah di tengah keluarga akan membawa keberkahan berupa suasana keimanan yang akan menyelimuti keluarga. Sejatinya shalat akan membawa pada ketaatan dan ketundukan pada Allah SWT.

Kedua, tadarrus  al-Quran bersama seluruh anggota keluarga.  Kesempatan ini juga bisa dilakukan untuk bisa saling mengoreksi bacaan al-Quran. Ayah dan ibu atau  anak yang besar bisa mengajari anak yang lebih kecil. Selama Ramadhan ini harus dilakukan upaya perbaikan agar mampu membaca al-Quran dengan baik dan benar.  Kegiatan ini, selain bernilai pahala yang besar, juga akan  menciptakan bi’ah (lingkungan) yang baik dalam keluarga  dan akan menguatkan  hubungan kekeluargaan.

Membaca secara bergantian, lalu mempelajari beberapa ayat dengan menterjemahkan dan membaca tafsir al Quran.  Membaca secara perlahan akan membantu seseorang untuk memahami dan men-tadabburi maknanya.  Semua kegiatan ini akan memunculkan kecintaan keluarga terhadap kebiasaan membaca al-Quran dan keyakinan akan mukjizat al-Quran sebagai kalam Allah SWT.  Selanjutnya akan menanamkan pemahaman bahwa kitab Allah ini mengandung solusi atas setiap permasalahan.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدۡ جَآءَتۡكُم مَّوۡعِظَةٞ مِّن رَّبِّكُمۡ وَشِفَآءٞ لِّمَا فِي ٱلصُّدُورِ وَهُدٗى وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ ٥٧

Hai manusia, sungguh telah datang kepada kalian pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi banyak penyakit (yang bada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (QS Yunus [10]: 57).

 

Ketiga, menyemarakkan qiyam al-layl  dan berdoa bersama-sama. Tarawih yang mungkin selama pandemi ini harus lebih sering dilakukan di rumah harus diagendakan dengan cara berjamaah. Berdoa bersama. Memanjatkan syukur kepada Allah bisa melalui Ramadhan dengan berkumpul bersama keluarga.  Kemudian menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan melakukan shalat tahajud sebelum sahur bersama.

Keempat, mengisi waktu setelah subuh dan tarawih dengan kegiatan diskusi dan bedah buku. Temanya diskusi tentang keumatan dan solusi permasalahan  dalam pandangan Islam. Tiap anggota keluarga dibiarkan berpendapat. Hal ini akan membuat  komunikasi keluarga semakin hangat. Jika sebelumnya diskusi keluarga terkait masalah individual saja, saat Ramadhan ini menjadi ajang menaikkan taraf kepedulian pada umat. Tentu karena kepedulian dengan kondisi umat merupakan pesan Rasulullah saw.:

مَنْ لاَ يَهْتَم بِأَمْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَلَيْسَ مِنْهُمْ

Siapa saja yang tidak mempedulikan urusan kaum Muslim bukan golonganku (HR ath-Thabarani).

 

Kelima, mengadakan pembelajaran bahasa Arab. Bahasa Arab adalah bahasa al-Quran dan al-Hadits, yang menjadi sumber aturan hidup Muslim. Imam Syafii rahimahulLah berpendapat bahwa  wajib bagi setiap Muslim belajar bahasa Arab sesuai dengan kesanggupannya. Tujuannya agar benar dalam bersyahadat, membaca al-Quran, melafalkan zikir yang diwajibkan seperti takbir, tasbih, tasyahud, dan lain-lain.   Begitu pula dengan mempelajari kaidah nahwu, sharaf dan i’rab. Membaca dan menghapalkan al-Quran akan menjadi lebih mudah dengan memahami bahasa Arab, sekaligus  akan meningkatkan daya literasi keluarga dengan literasi Islam.

Keenam, menyelenggarakan latihan berceramah tentang Islam pada setiap anggota keluarga, terutama bagi anak-anak yang sudah besar. Mereka akan menjadi contoh bagiadik-adinya kelak.  Masing-masing mempersiapkan materi ceramahnya dengan waktu singkat. Ayah dan ibunya berperan untuk membantu mereka mempersiapkan materi. Suasana ini akan meningkatkan kompetisi sehat dan positif. Diharapkan mereka akan semakin terlatih untuk berkomunikasi hingga mampu menuliskan pendapatnya untuk disampaikan pada anggota keluarga lain. Semangat amar makruf nahi munkar akan tumbuh subur dalam keluarga.

Ketujuh, menyuburkan amal sedekah. Bulan Ramadhan memiliki nama lain, yaitu syahrul muwasah (bulan penuh kemuliaan). Beramal salih dengan sedekah, terutama pada bulan penuh kemuliaan ini, tentu sangat diutamakan. Rasulullah saw. bersabda, “Jika telah datang awal malam bulan Ramadhan, diikatlah para setan dan jin-jin yang jahat. Ditutup pintu-pintu neraka. Tidak ada satu pintu pun yang dibuka. Dibukalah pintu-pintu surga. Tidak ada satu pintu pun yang tertutup. Berseru seorang penyeru: wahai orang yang ingin kebaikan lakukanlah, wahai orang yang ingin kejelekan kurangilah. Allah membebaskan sejumlah orang dari neraka. Hal itu terjadi pada setiap malam.” (HR at-Tirmidzi)

 

Khatimah

Demikianlah, banyak aktivitas yang bisa dilakukan bersama oleh keluarga. Semua bernilai pahala dan kebaikan.  Jika keluarga Muslim bisa mengoptimalkan Ramadhan dengan aktivitas seperti ini, mentalitas baja dengan ujian dunia akan terbentuk sesuai arahan syariah. Sikap optimis akan muncul dalam keluarga dalam menyikapi permasalahan. Semua masalah pasti akan ada solusinya. Tentu jika selalu bersandar pada syariah. Termasuk harapan akan tuntasnya penyelesaikan atas seluruh permasalahan yang muncul dalam sistem kapitalisme  dengan  diterapkan syariah Islam.

Keluarga Muslim seperti ini adalah keluarga yang akan menjadi pilar pengokoh Islam dalam masyarakat. Mereka akan mampu menjadi keluarga yang membawa kebaikan hingga dikumpulkan kembali di akhirat kelak dalam keridhaan Allah SWT.

WalLahu a’lam bi ash-shawwab. [Ummu Aisyah]

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

20 + 1 =

Back to top button