Fokus

Spirit Maulid Nabi saw.

Peristiwa Maulid Nabi saw. adalah momentum penting bagi umat Islam untuk mengenang kelahiran sosok manusia termulia penerang kehidupan. Penerang langit dan bumi. Pembawa rahmat bagi semesta.

Baginda Nabi saw. lahir bertepatan dengan Pasukan Gajah Raja Abrahah yang dipimpin oleh Panglima Abu Rughal. Saat itu mereka ingin menghancurkan Ka’bah. Namun, pasukan tersebut gagal dan diluluhlantakkan oleh makhluk kecil yang dipandang lemah, Burung Ababil. Burung-burung tersebut menghujani mereka dengan batu kecil panas dan pijar. Saat Rasulullah saw. lahir, api yang menyala ratusan tahun, api sesembahan kaum Majusi, tiba-tiba padam. Berbagai peristiwa lainnya menjadi tanda sinar fajar kehidupan dan kejayaan Islam.

Tentu kenangan kelahiran beliau bukan sekadar nostalgia masa lalu, reuni spiritual. Justru momentum ini kita jadikan untuk memperkuat girah perjuangan, semangat jihad dalam menegakkan kalimat Allah SWT. Dengan kembali mengenang kelahiran Rasulullah saw. akan terbayang bagaimana jerih-payah perjuangan beliau dengan para Sahabat dalam merintis dan menata peradaban Islam.

 

Bukan Sekadar Merayakan Hari Kelahiran

Mengingat kelahiran Nabi saw. bukanlah merayakan ulang tahun beliau. Mengenang momentum kelahiran beliau adalah upaya memfokuskan kembali mata batin kita pada sosok manusia yang paling berjasa dalam hidup dan peradaban. Tidak lain agar kita menjadikan beliau sebagai satu-satunya the model dan uswah terbaik dalam menapaki ragam sisi kehidupan. Sungguh dalam diri Rasulullah saw. terdapat suri teladan dalam berkeluarga, dalam memimpin masyarakat dan negara, juga dalam ragam aspek kehidupan lainnya. Beliau ibarat batu permata yang indah. Dilihat dari sisi mana saja beliau memunculkan cahaya berkilau yang indah. Allah SWT berfirman:

لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا  ٢١

Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Akhir dan dia banyak menyebut Allah (QS al-Ahzab [33]: 21).

 

Baginda Nabi saw. adalah manusia dengan akhlak terbaik. Aisyah ra. menyebut akhlak beliau adalah al-Quran. Aisyah ra. juga berkata, ”Rasulullah adalah orang yang paling mulia akhlaknya. Tidak pernah berlaku keji. Tidak mengucapkan kata-kata kotor. Tidak berbuat gaduh di pasar. Tidak pernah membalas dengan kejelekan serupa. Akan tetapi, beliau pemaaf dan pengampun.” (HR Ahmad).

Sosok manusia termulia ini secara jujur juga diakui oleh dunia Barat. Dr. Michael H. Hart, penulis buku The 100, A Ranking of The Most Influential Person in History, menulis, “Pilihanku untuk menempatkan Muhammad di urutan pertama dalam daftar orang yang paling penting dalam sejarah mungkin akan mengejutkan pembaca. Namun, dialah satu-satunya manusia dalam sejarah yang merengkuh keberhasilan tertinggi dalam bidang agama dan dunia. Dia adalah satu-satunya yang telah menyelesaikan pesan agama dengan sempurna, menggariskan aturan-aturannya dan diimani oleh seluruh bangsa ketika dia hidup. Selain agama, dia juga mendirikan negara sebagai media menyatukan suku-suku dalam satu bangsa, menyatukan bangsa-bangsa dalam satu negara dan meletakkan dasar-dasar kehidupan agama. Dialah yang memulai misi agama dan dunia serta menyempurnakannya.”

Sir George Bernard Shaw, (26 July 1856 – 2 November 1950), Tokoh Irlandia, Pendiri London School of Economics, juga berkomentar, “Saya yakin, apabila orang semacam Muhammad memegang kekuasaan tunggal di dunia modern ini, dia akan berhasil mengatasi segala permasalahan sedemikian rupa hingga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang dibutuhkan dunia.”

Thomas Carlyle (4 December 1795 – 5 February 1881), penulis besar dari Scotlandia, pun bertutur, “Kebohongan yang dipropagandakan kaum Barat yang diselimutkan kepada orang ini (Muhammad) hanyalah mempermalukan diri kita sendiri. Sosok jiwa besar yang tenang, seorang yang mau tidak mau harus dijunjung tinggi. Dia diciptakan untuk menerangi dunia. Begitulah perintah Sang Pencipta Dunia. (Thomas Carlyle in his Heroes and Heroworship).

Atas persoalan wanita yang sering menjadi sasaran Barat untuk mendeskriditkan Islam, orientalis Prancis justru mengatakan dengan jujur perlindungan Islam terhadap martabat perempuan. Andre Srfait berkata, “Nabi ini tidak berbicara tentang perempuan kecuali dalam kebaikan dan kesantunan. Selalu berusaha memperbaiki nasib hidup perempuan. Sebelumnya, perempuan tidak berhak menerima warisan. Bahkan mereka dipandang sebagai properti yang bisa diwariskan. Seolah-olah mereka adalah harta dan budak. Lalu Nabi mengubah situasi ini dan memberikan perempuan hak waris. Muhammad telah membebaskan perempuan Arab. Siapa yang ingin menyelidiki perhatian Nabi terhadap perempuan, silakan membaca khutbahnya di Makkah, yang berpesan supaya berbuat baik kepada perempuan. Bacalah hadis-hadisnya yang banyak.”

 

Buktikan Cintamu

Abu Abdillah al-Qurasyi dalam Risâlah Qusyayriyyah (hlm. 479) menyatakan:

حَقِيْقَة الْمَحَبَّةِ أَنْ تَهَبَ كُلَّكَ لِمَنْ أَحْبَبْتَ فَلا يَبْقَى لَك مِنْكَ شَيْئٌ

Hakikat cinta adalah engkau memberikan semua yang ada pada dirimu kepada orang yang engkau cintai sehingga tidak tersisa sedikit pun untukmu.

 

Inilah hakikat cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah saw. Ia adalah cinta mutlak yang tak layak dibagi. Cinta selain keduanya adalah cinta karena keduanya. Cinta kepada orangtua, anak, istri, usaha, tempat tinggal dll harus karena Allah SWT dan Rasul-Nya. Mencintai keduanya hukumnya wajib; berdosa jika dilalaikan apalagi diabaikan. Allah SWT berfirman:

قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ  ٢٤

Katakanlah, “Jika bapak-bapak, anak-anak. saudara-saudara, istri-istri dan kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya serta rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (daripada) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik (QS at-Taubah [9]: 24).

 

Ada dua qarînah pada ayat ini yang menegaskan kewajiban mencintai  Allah SWT dan Rasulullah saw. di atas yang lainnya. Pertama: Frasa fatarabbashû hatta ya’tiyalLâhu bi amrihi maknanya adalah

فَانْتَظِرُوْا مَاذَا يَحِلُّ بِكُمْ مِنْ عِقَابِهِ وَ نِكَالِهِ بِكُمْ

Tunggulah hingga Allah halalkan sanksi dan hukuman atas kalian (Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, 2/841).

 

Kedua: Allah menyifati orang yang lebih mencintai selain Allah dan Rasulullah saw. dengan sifat fasik dan tidak Allah beri hidayah. Wal ‘iyâdzubilLâh.

Cinta adalah fi’l al-qalb (amal hati). Ia tidak bisa dilihat secara langsung. Namun, cinta bisa dilihat dengan ‘alamat (tanda) dan atsar (jejak)-nya. Sebagaimana seseorang yang tidak melihat ada unta, namun ada jejaknya, menunjukkan ada unta yang baru lewat di tempat itu. Karena itu Qadhi ‘Iyadh menyatakan:

اِعْلَمْ أَنَّ مَنْ اَحَبَّ شَيْئًا اَثَرَهُ وَاَثَرَهُ مُوَافَقَتُهُ وَإِلاَّ لَمْ يَكُنْ صَادِقًا فِيْ حُبِّهِ

Ketahuilah bahwa siapa saja yang (mengklaim) mencintai sesuatu (termasuk seseorang) maka ada tandanya. Tanda tersebut bersesuaian dengan kadar cintanya. Jika tidak ada buktinya maka tak benar klaim cintanya (Ats-Tsa’alabi, Al-Jawâhir al-Hasan fî Tafsîr al-Qur’ân, 1/200).  

 

Masih menurut Qadhi ‘Iyadh, bukti paling nyata dan paling awal atas pengakuan cinta kepada Rasulullah saw. adalah:

الإِقْتِدَاءُ بِهِ وَاِسْتِعْمَالُ سُنَّتِهِ وَاِتِّبَاع أَقْوَالِ هوَ أَفْعَالِهِ وَامْتِثَالُ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابُ نَوَاهِيْهِ وَالتَّأدَّبُ بِاَدَابِهِ

Meneladani beliau, mengamalkan sunnah beliau, mengikuti ucapan dan perbuatan beliau, menjalankan perintah beliau, menjauhi larangan beliau dan berusaha memiliki adab (akhlak) seperti adab (akhlak) beliau (Qadhi ‘Iyadh, Asy-Syifâ bi Ta’rîf Huqûq al-Musthafâ, 2/16).

 

Karena itu Imam Syafii juga pernah bertutur:

لَوْ كانَ حُبُّكَ صَادِقاً لأَطَعْتَهُ #

إنَّ الْمُحِبَّ لِمَنْ يُحِبُّ مُطِيعُ

Jika cintamu benar, tentu engkau akan mentaati Baginda Nabi saw.

Sungguh orang yang mencinta akan mentaati orang yang dicinta

 

Imam Ibnu Katsir, saat menafsirkan firman Allah SWT dalam QS Ali ‘Imran ayat 31, menyatakan:

هَذِه اْلآيَةُ الْكَرِيْمَةُ حَاكِمَةٌ عَلَى كُلِّ مَنْ اَدْعَى مَحَبَّة اللهِ، وَلَيْسَ هُوَ عَلَى الطَّرِيْقَةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ فَإِنَّه كَاذِبٌ فِي دَعْوَاه فِي نَفْسِ اْلأَمْرِ حَتَّى يَتَّبِعَ الشَّرْعَ الْمُحَمَّدِيَّ وَالدِّيْنَ النَّبَوِيَّ فِي جَمِيْعِ أَقْوَالِهِ وَأَحْوَالِهِ

Ayat yang mulia ini menjadi pemutus bahwa siapa saja yang mengklaim cinta kepada Allah, namun ia tidak mengikuti jalan hidup Nabi saw., maka sungguh ia adalah pendusta pada klaim cintanya pada perkara ini, hingga ia mengikuti syariah dan agama yang dibawa Nabi Muhammad dalam seluruh ucapan dan keadaannya (Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, 2/32).

 

Faktanya, banyak Muslim, khususnya para pejabat negara yang setiap Peringatan Maulid Nabi saw. mengajak masyarakat untuk mencintai beliau. Namun, mereka sendiri menolak penerapan syariah Islam. Menuduh radikal para pejuang Islam. Menuduh ajaran Islam dengan tuduhan yang keji. Menarget serta memenjarakan ulama, aktivis Islam, termasuk keturunan Nabi saw.. Mengaku cinta kepada Nabi saw., namun menjadikan orang Yahudi dan para musuh Islam sebagai teman dekat dan mengikuti rekomedasinya. Mengaku mencintai Nabi saw., namun berbuat zalim kepada umat beliau. Semena-mena mencabut subsidi BBM, menjual aset strategis milik umat kepada asing dan aseng, sementara rakyat dibebani dengan berbagai macam pajak. Sesungguhnya mereka itu telah berdusta dalam klaim cintanya kepada Rasulullah saw. Tidakkah mereka takut dengan doa  Nabi saw.:

اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بهم فَارْفُقْ بِهِ

Ya Allah, siapa saja yang menjadi pemimpin atas umatku, lalu ia mempersulit mereka, maka persulitlah ia. Siapa saja yang memimpin umatku, lalu mengasihi mereka, maka kasihanilah ia (HR Muslim).

 

Tiga Peristiwa Penting di 12 Rabiul Awwal

Umumnya kaum Muslim mengetahui bahwa tanggal 12 Rabiul Awwal adalah kelahiran (mawlid) Nabi Muhammad saw. Padahal ada tiga kejadian besar yang penting dicatat dalam konstelasi politik peradaban Islam. Tanggal 12 Rabiul Awwal adalah momentum kelahiran Rasulullah saw., juga wafatnya beliau sekaligus pembaiatan Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai khalifah pertama. Fakta sejarah ini penting diungkap untuk menunjukkan perjalanan sejarah peradaban Islam secara utuh.

Rasulullah saw. lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal Tahun Gajah. Bertepatan dengan tahun 570 atau 571 M. Pada tanggal 12 Rabiul Awwal pula beliau diwafatkan Allah SWT, yakni pada tahun 11 H, atau bertepatan dengan tanggal 8 Juni 632 M.

Wafatnya beliau adalah akhir kenabian. Tidak ada lagi nabi setelah beliau. Peristiwa wafatnya beliau adalah bersamaan dengan proses pengangkatan Khalifah Abu Bakkar ash-Shiddiq sebagai pengganti beliau dalam kepemimpinan umat Islam. Sistem kepemimpinan umat Islam dikenal yang dengan Khilafah tidak berhenti dengan wafatnya Baginda Rasulullah. Nabi saw. bersabda:

كَانَت بَنُو إسرَائِيلَ تَسُوسُهُمُ الأَنْبياء, كُلَّما هَلَكَ نَبِي خَلَفَهُ نَبي, وَإنَّهُ لا نَبِيَّ بَعدي وسَيَكُونُ بَعدي خُلَفَاء فَيَكثُرُونَ

Bani Israil dulu dipimpin oleh para nabi. Saat salah seorang nabi meninggal, ia digantikan oleh nabi berikutnya. Sungguh tidak ada lagi nabi setelah aku. Yang akan ada adalah para khalifah yang akan banyak jumlahnya (HR Muttafaq ‘alayh).

 

Pembaiatan Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai khalifah pertama kaum Muslim adalah tonggak pertama syariah Islam dipimpin oleh selain Nabi, yakni Khalifah. Risalah kenabian terputus. Namun, peradaban Islam terus berlanjut menerangi berbagai belahan dunia. Peradaban Islam dalam naungan Khilafah tersebut menyelimuti tidak kurang dari 1/3 belahan bumi. Kegemilangan di berbagai sisi kehidupan diraih peradaban Islam dengan satu kepemimpinan. Ini berlangsung hingga pada Kekhilafahan yang terakhir, Turki Utsmani. Sistem Kekhilafahan tersebut runtuh pada tanggal 3 Maret 1924 oleh pengkhianat Mustafa Kemal yang mengubah sistem Kekhilafahan menjadi sistem sekuler.

Dunia kemudian gelap. Kaum Muslim tercerai-berai menjadi lebih dari 50 negara dan terjajah. Derita fisik dan non-fisik kian dirasakan manusia penghuni bumi. Kaum Muslim kalah di berbagai bidang kehidupan.

Karena itu momentum Maulid Rasul saw. kali ini penting bagi kita untuk kembali menggelorakan semangat kemulian Islam dengan kembali pada syariah dan Khilafah. Aamiin.

WalLâhu a’lam bi ash-shawwâb. [Wahyudi Ibnu Yusuf]

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 × two =

Back to top button