Opini

Melawan Kebangkitan Komunisme

Komunisme hari ini menjadi common enemy (musuh bersama) umat Islam. Kebangkitan ideologi ini membuat umat Islam merasa terancam. Apalagi saat publik mengetahui ada RUU HIP yang diusulkan PDIP tidak mencantumkan Tap MPRS XXV/1966 tentang pelarangan komunisme. Amarah ormas Islam pun memuncak.

Gelombang penolakan terhadap komunisme tak terlepas dari faktor sejarah. Umat Islam memiliki memori buruk terhadap gerakan komunisme. Misalnya pada tragedi 1948 di Madiun. Hingga saat ini umat Islam masih terngiang pembantaian ulama dan santri di Pesantren Takeran yang dimotori PKI. Umat Islam, khususnya NU pun punya memori buruk karena ada sebabian warga dan Ulama NU juga pernah dibantai.

Mengutip pendapat Chang dan Halliday (2006), Courtois (2000), Nihan (1991), Ratanachaya (1996), dan Rummel (1993), yang memaparkan fakta mencengangkan bahwa secara statistik matematis korban kekejaman ideologi komunis sudah diluar perikemanusiaan dan begitu biadab. Diantaranya, sepanjang 1917-1991 komunisme telah membantai 120 juta manusia, yang jika dirata-ratakan berarti tidak kurang dari 1.621.621 orang pertahun, dan berarti 4.504 sehari, 3 orang permenit, yang berarti pula 20 detik perorang. Itu yang mereka lakukan selama 74 tahun di 75 negara.

Dalam perspektif bahaya fisik, komunisme telah melancarkan kudeta di tujuh puluh lima negara, meliputi negara bagian, pulau dan kota selama enam puluh sembilan tahun sepanjang 1918-1987 dan sepanjang abad kedua puluh yang lalu berhasil mendirikan dua puluh delapan negara komunis di dunia.

Komunisme meskipun dari sisi penerapan negara sudah bangkrut tapi masih disebarluaskan oleh penganutnya, ini tampak dari berkembangnya paham ateisme, sosialisme, komunisme di kampus-kampus dan di situs-situs web. Ide ini masih bisa berkembang karena negara mengusung ideologi liberal, bukan Islam. Atas nama HAM, Negara memberikan peluang penyebaran ideologi ini. Di situlah umat Islam membutuhkan negara yang melindungi umat Islam baik secara fisik maupun pemikiran.

Saat ini, Negara Islam belum ada. Akibatnya, benteng pertahanan aqidah umat terhadap bahaya komunisme terbatas pada kelompok-kelompok dan individu-individu Muslim semata. Padahal, musuh secara nyata, yaitu kapitalisme dan komunisme, masing-masing sudah diwakili oleh sebuah negara yang saat ini aktif menanamkan pengaruhnya masing-masing di Indonesia dan negeri-negeri muslim di seluruh dunia. Dari sinilah perlunya kita membangun benteng umat yang hakiki untuk mengalahkan hegemoni kapitalime dan komunisme. [Adam Syailindra ; (Forum Aspirasi Rakyat)]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

10 + eleven =

Back to top button