Opini

Perubahan Ala Sekularisme

Sejak awal Orde Reformasi hingga rezim Jokowi-Amin terbentuk saat ini, resep mujarab jualan isu perubahan tersebut terus disuguhkan kepada masyarakat. Namun faktanya, korupsi di masanya masih massif, perekonomian masyarakat masih tetap terpuruk, dan kebijakan Pemerintah tetap mengabdi kepada para kapitalis sang pemilik modal. Rezim saat ini pun persis sama dengan rezim-rezim sebelumnya yang menjalankan kebijakan liberal, yakni lebih pro-pasar (kapitalis) ketimbang pro-rakyat.

Isu perubahan juga melanda negeri-negeri Muslim lainnya.       Di antaranya yang fenomenal adalah Arab spring. Namun, peristiwa tersebut juga bermuara pada hasil akhir yang sama, yakni sekadar pergantian rezim. Adapun kondisi sosial dan ekonomi masyarakatnya tetap tidak berubah, bahkan bisa dikatakan semakin terpuruk.

Penyebab utama terpuruk dan terjajahnya umat saat ini di negeri-negeri Islam bukanlah personil rezim yang berkuasa di negeri-negeri tersebut. Sebab, seperti yang dikemukakan di atas, personil rezim telah silih berganti, namun kondisi kehidupan masyarakatnya tetap tidak bergeser dari keterpurukan. Faktor penyebab utama yang sesungguhnya adalah sistem yang digunakan oleh rezim tersebut. Sebab, ketika sistem itu rusak, siapapun personil rezim yang menjalankannya akan menghasilkan kebijakan yang rusak pula.

Untuk menilai apakah suatu sistem itu rusak atau tidak maka harus dilakukan penilaian terhadap ideologi yang mendasari-nya. Sebagaimana diketahui, ada tiga ideologi yang ada di dunia saat ini, yaitu Kapitalisme, Sosialisme dan Islam.

Ideologi Kapitalisme dan Sosialisme telah terbukti gagal mengantarkan manusia menuju kemakmuran dan kesejahteraan. Bahkan keduanya telah menimbulkan berbagai kerusakan hampir di seluruh dimensi kehidupan.

Adapun ideologi Islam, selama 14 abad, yakni sejak Rasulullah saw. menegakkan Daulah Islamiyah di Madinah hingga keruntuhan Khilafah Islamiyah pada tahun 1924, terbukti menjadi payung kesejahteraan umat manusia di dua pertiga dunia.

Pasca keruntuhan Khilafah itu, Dunia Islam yang sebelumnya membentang sangat luas kemudian tersekat-sekat dan terjajah. Penjajahan atas negeri Islam yang tersekat-sekat itu hingga kini tidak pernah berhenti, hanya bentuk dan polanya saja yang berubah. Dulu penjajahan dilakukan secara langsung dengan penguasaan secara militer, kini penjajahan dilakukan secara tidak langsung di bidang ekonomi, politik, budaya dan pendidikan.

Akibatnya, umat Islam didera berbagai persoalan seperti yang terjadi saat ini: kemiskinan, kebodohan, penindasan, kerusakan moral dan sebagainya. Penyebabnya, karena meskipun umat di negeri-negeri tersebut memeluk agama Islam, sistem yang digunakan di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya dan pendidikan bukan berasal dari Islam, melainkan Kapitalisme. Kebijakan neo-liberal yang ditandai dengan penguasaan aset-aset sumberdaya alam oleh asing merupakan konsekuensi dari ketundukan pada ideologi Kapitalisme ini.

Berdasarkan realitas kehidupan di negeri-negeri Islam tersebut, maka problematika utama kaum Muslim saat ini adalah bagaimana mengembalikan penerapan seluruh hukum yang diturunkan Allah, yakni syariah Islam, melalui penegakan kembali Khilafah. Hanya melalui hal itulah kaum Muslim dapat melakukan perubahan hakiki, yakni melepaskan diri dari jeratan ideologi Kapitalisme yang menyengsarakan, sekaligus mengembalikan masa kegemilangannya seperti pada saat mereka dulu di bawah naungan Khilafah Islamiyah.  [Mahfud Abdullah ; (Dir. Indonesia Change)]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

7 − five =

Back to top button