Saat Game “Menundukkan” Anak
Bagi anak-anak, berbagai aplikasi game bisa menghibur dan mengganti-kan komunikasi verbal dengan lingkungan sekitarnya. Parahnya, game online ini juga telah membuat anak kecil dan para remaja menjadi kecanduan.
Kecanduan atau adiksi terhadap game online atau daring bisa mempengaruhi psikis anak jika berlangsung secara terus-menerus dan tidak diatasi. Selain berpengaruh pada psikis anak, kecanduan gawai atau game online juga bisa berpengaruh pada kesehatan fisik. Anak yang sering bermain game biasanya akan merasakan sakit pada pergelangan tangan, pegal-pegal pada tulang punggung dan leher, dan tentunya sangat berpengaruh pada kesehatan mata. Adiksi penggunaan gawai pada anak balita yang belum bisa berbicara, juga bisa menyebabkan keterlambatan bicara karena minim interaksi. (Antaranews.com).
Para orangtua hendaknya sedini mungkin mencegah agar anak-anak terhindar dari kecanduan gadget, melalui pembentukan karakter yang benar. Pembentukan kepribadian anak yang benar haruslah dilakukan dengan pembinaan keimanan (akidah), pembinaan dan pembiasaan ibadah, pendidikan perilaku (akhlak), pembentukan jiwa, pembentukan intelektualitas serta pembinaan interaksi sosial kemasyarakatan. Masing-masing mempunyai cara praktis yang harus dilaksanakan.
Pembinaan keimanan bisa dilakukan dengan cara: mengajarkan keyakinan, bahwa Allah senantiasa melihat dan menyertai manusia dimanapun ia berada; menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasulullah saw. serta menjadikan Rasulullah, keluarga dan para Sahabatnya sebagai contoh; menyibukkan anak dengan membaca al-Quran dan as-Sunnah sekaligus membahas maknanya; membina keteguhan mereka dalam mempertahankan keyakinan dan siap berkorban untuk hal tersebut.
Lihatlah, bagaimana Rasulullah saw. menjadikan Ali bin Abi Thalib ra., anak yang belum genap sepuluh tahun usianya, menjadi anak yang pertama memeluk Islam, mengenal Allah, mempelajari aturan-Nya serta membela agama Allah dan Rasul-Nya.
Rasul saw. pernah berwasiat kepada Muadz ra., “Janganlah kamu mengangkat tongkatmu di hadapan mereka serta tanamkanlah pada mereka rasa takut kepada Allah.” (HR Ahmad, Ibnu Majah dan al-Bukhari).
Rasa takut kepada Allah SWT akan menghindarkan anak dari segala perbuatan buruk. Larangan Allah untuk mencela, melukai atau membunuh orang lain akan dipatuhi oleh anak yang punya rasa takut kepada Allah SWT. Begitupun makanan dan benda yang diharamkan Allah, akan mereka jauhi.
Selanjutnya adalah pembinaan ibadah. Pembinaan ibadah merupakan penyempurnaan dari pembinaan akidah, dan menjadi cerminan keyakinan. Dr. Said Ramadhan al-Buthi mengatakan, “Agar akidah anak tertanam kuat dalam jiwanya, ia harus disirami dengan air ibadah dengan segala ragam dan bentuknya. Dengan begitu, akidahnya akan tumbuh kokoh dan tegar dalam menghadapi terpaan badai dan cobaan kehidupan.” [Romadhon Abu Yafi ; (Bengkel IDE)]