Opini

Selamatkan Remaja dari Sistem Jahilliyah

Lagi-lagi remaja menjadi korban rusaknya sistem jahiliah. Di Makasar baru-baru ini remaja melakukan pesta seks. Remaja juga menjadi korban pengeroyokan oleh suporter sepakbola. Di Lampung remaja menjadi korban kebiadaban orangtuanya sendiri bersama paman dan tetangganya. Sungguh tragis. Remaja menjadi korban sistem jahiliah yang tidak manusiawi yang bahkan lebih buruk dari seekor binatang.

Remaja saharusnya bisa menggapai cita-cita dengan masa depan gemilang. Sayang, hari ini mereka harus menanggung sebuah luka karena kejadian yang mengerikan dan menyakitkan. Mereka adalah korban sistem kapitalis demokrasi. Sistem ini tidak memberi mereka rasa aman. Sistem ini juga tidak memberi mereka peluang untuk mengembangkan potensi diri mereka agar bisa menjadi orang-orang hebat dan bermanfaat, calon pemimpin masa depan. Bahkan keluarga sebagai benteng terakhir bagi seorang anak untuk berlindung tidak lagi menjadi tempat aman dari ancaman.

Setidaknya ada empat alasan untuk mengganti sistem jahiliah ini dengan sistem Islam yang mulia. Pertama, dalam sistem jahiliah saat ini para pemimpinnya tidak peduli dengan nasib remaja yang menjadi korban kebiadaban sistem. Negara tidak mau perduli dan abai dengan  permasalah remaja. Remaja dibiarkan mendapatkan tontonan merusak yang bisa dengan mudah diakses dengan internet. Remaja dibiarkan memilih gaya hidup bebas tanpa aturan. Pacaran menjadi gaya hidup remaja saat ini. Merekapun terlibat tawuran karena membela tim kesebelasannya. Namun, permasalahan remaja ini tidaklah menarik perhatian pemimpin negeri ini. Mereka lebih sibuk dengan urusan politiknya merebut dan mempertahankan kursi kekuasaan.

Kedua, keluarga tidak lagi menjadi tempat nyaman bagi remaja untuk berkembang dengan segala potensi dan keunikannya untuk bisa menjadi orang-orang hebat. Orangtua tidak lagi bisa menemani dan mengawasi anak-anaknya dalam proses tumbuh kembang mereka. Orangtua disibukkan bekerja agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan ibu pun harus ikut bekerja agar asap dapur terus mengepul dan agar kebutuhan anak-anak bisa terpenuhi dengan baik. Bahkan orangtua terpaksa menitipkan anak-anak mereka agar mereka bisa bekerja.

Ketiga, masyarakat tidak peduli dengan remaja yang hidup di tengah- tengah mereka. Tergambar jelas saat mereka duduk di warung kopi. Mereka sibuk dengan HP androidnya saat sudah terhubung dengan wifi. Mereka tidak perduli saat remaja disekitarnya melakukan penyimpangan dan kenakalan. Masyarakat lebih suka melihat berita viral daripada memperhatikan fakta permasalahan remaja yang ada disekitarnya.

Keempat, sekolah tidak lagi tempat yang nyaman untuk belajar dan mengembangkan diri. Mereka hanya dibekali ilmu pengetahuan dan teknologi namun kering dengan nilai-nilai agama. Nilai-nilai kebaikan tidak dikaitkan dengan perintah dan larangan Allah. Karakter yang baik hanya dikaitkan dengan nilai manfaat saja. Ketika kebaikan dianggap tidak memberikan nilai manfaat akan ditinggalkan.

Alhasil, saatnya Islam menggantikan sistem jahiliah ini yang tidak peduli dengan permasalahan di kalangan remaja. [Mochamad Efendi, M.Pd.; (Pemerhati Masalah Remaja dan Pendidikan)]

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

3 × 4 =

Back to top button