Keluarga Sebagai Agen Perubahan
Sistem sekular kapitalisme yang diterapkan hari ini telah menyebabkan mayoritas keluarga Muslim tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak. Bahkan hanya sekadar untuk hidup pun susah. Apalagi saat pandemi. Betapa banyak yang hidup menderita dalam kemiskinan yang parah di negeri ini.
Ketidakadilan hukum juga menimpa rakyat kecil atau siapa pun yang dianggap melawan penguasa dan kekuasaan. Bahkan, berharap menerapkan syariah Islam pun sudah terkategori radikal, yang dianggap layak untuk dikejar dan dibui.
Bagaimana di negeri-negeri yang lain? Tak jauh berbeda. Kalaupun tak ada ancaman serangan fisik, ancaman pemikiranlah yang melanda. Akhirnya, pemikiran pemikiran Barat kufur seperti sekularisme dan liberalisme menjadi pemikiran yang paling banyak diadopsi.
Demikianlah. Hari ini umat Islam dalam kondisi yang bertolak belakang dengan firman Allah SWT sebagai khayru ummah (QS Ali ‘Imran [3] : 110).
Karena itu tentu harus perubahan. Keluarga tentu memiliki peran strategis sebagai agen perubahan agar kondisi umat ini kembali ke fitrahnya, menjadi umat terbaik.
Keluarga Agen Perubahan
Keluarga memiliki peran penting dalam sebuah perubahan masyarakat. Sejarah peradaban Islam menunjukkan yang demikian. Keluarga Rasulullah saw. dan para Sahabat merupakan sosok teladan umat Islam. Mereka adalah keluarga yang senantiasa gigih menjadi agen perubahan masyarakat jahiliah menjadi masyarakat Islam. Mereka menyebarkan dan memperjuangkan Islam di tengah-tengah manusia. Siapa yang tak ingin seperti mereka?
Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan agar keluarga kita menjadi agen perubahan masyarakat.
Pertama: Membangun Kepedulian Keluarga Terhadap Kondisi Umat. Tanpa ada rasa peduli, mustahil muncul keinginan untuk membuat perubahan. Karena itu kita perlu memahamkan keluarga, bahwa Islam memerintahkan kita untuk tak hanya peduli dengan urusan diri sendiri, tetapi juga peduli dengan urusan kaum Muslim semuanya. Rasulullah saw. bersabda, “Siapa saja yang pada pagi harinya hasrat dunianya lebih besar, itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah. Siapa saja yang tidak takut kepada Allah, itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah. Siapa saja yang tidak memperhatikan urusan kaum Muslim semuanya, dia bukan golongan mereka.” (HR al-Hakim).
Hadis ini memberikan beberapa pesan penting: Hal pertama dan utama yang harus dipikirkan setiap muslim adalah bukan urusan dunia, karena itu tidak bernilai di sisi Allah. Kemudian, hendaknya setiap Muslim hanya takut kepada Allah, karena tidak ada yang layak ditakuti kecuali Allah. Terakhir, hendaklah setiap Muslim memberi perhatian pada urusan kaum Muslim semuanya, karena itu ciri dari seorang muslim.
Kedua: Memahamkan Keluarga Tentang Kondisi Umat dan Pentingnya Perubahan. Langkah selanjutnya adalah memahamkan keluarga bahwa kondisi umat hari ini sangat buruk. Ini terjadi karena hukum Allah tidak diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan.
Untuk menguatkan yang demikian, kita bisa bahas beberapa pemikiran yang terlanjur diambil sebagian Muslim karena dianggap sebagai ajaran yang baik dan membawa kebaikan, padahal hakikatnya adalah pemikiran rusak serta sesat menyesatkan, seperti demokrasi, kesetaraan gender, HAM, moderasi Islam, dan sebagainya.
Kita juga bisa ajak keluarga untuk memperhatikan berbagai kebijakan penguasa dalam mengurus rakyatnya hari ini. Apakah sudah sesuai Islam atau belum, mengabaikan hak-hak rakyat atau tidak, dan seterusnya. Kemudian bandingkan dengan kondisi di dalam sistem pemerintahan Islam, apakah penguasanya juga melakukan yang demikian ataukah justru sebaliknya, yaitu selalu mengurusi rakyatnya, memenuhi semua kebutuhannya, menyejahterakannya, dan seterusnya.
Selanjutnya kita ajak mereka berpikir bahwa semua kondisi buruk tersebut haruslah diubah karena tak sesuai dengan kondisi umat Muslim seharusnya. Tak mungkin berharap perubahan sementara kita hanya berdiam diri (Lihat: QS ar-Ra’du [13]: 11).
Ketiga: Memahamkan Keluarga Tentang Arah Perubahan yang Benar. Diskusi selanjutnya adalah membahas bagaimana arah dari perubahan yang seharusnya. Apakah cukup dengan perbaikan secara parsial (bertahap)? Ataukah harus perubahan secara menyeluruh? Kita perlu berikan contoh contoh riil yang bisa mudah dipahami, terutama jika yang kita ajak diskusi adalah anak-anak yang tentu berbeda cara berpikirnya dengan orang dewasa.
Selanjutnya memahamkan bahwa problem yang terjadi adalah problem sistemik (berkaitan dengan sistem). Solusinya pun harus solusi sistemik. Sistem kufur yang diterapkan oleh negara hari ini lah yang menjadi biang masalah semua problem tersebut. Karena itu solusinya adalah dengan mengganti sistem kufur tersebut. Dengan apa? Tentu dengan sistem Islam karena hanya Islam yang benar (QS QS Ali Imran [3] : 19).
Kemudian terakhir, kita perlu pahamkan apa itu sistem islam, dengan menghadirkan dalil dalil dan pendapat para ulama hingga sampai pada satu kesimpulan bahwa sistem Islam tersebut adalah sistem Khilafah.
Keempat: Mengajak Keluarga Menjadi Agen Perubahan. Berikutnya adalah mengajak keluarga untuk menjadi agen perubahan, yaitu menjadi pengemban dakwah yang memperjuangkan tegaknya penerapan syariah Islam kaffah dalam bingkai Khilafah. Di sinilah kadang-kadang muncul perasaan berat karena banyak sekali tantangannya.
Untuk itu perlu memahamkan bahwa dakwah bukanlah pilihan, namun kewajiban dari Allah SWT yang harus dilaksanakan:
وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ
Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyerukan kebajikan dan melakukan amar makruf nahi munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung (QS Ali Imran [3]: 104).
Nabi Muhammad saw. bersabda:
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَة
Sampaikanlah dariku meskipun hanya satu ayat (HR at-Tirmidzi).
Kita perlu memahamkan juga bahwa dakwah adalah bagian penting dalam upaya mengubah kondisi umat hingga menjadi umat terbaik (Lihat: QS Ali ‘Imran [3]: 110). Jika ada di antara anggota keluarga yang merasa khawatir dengan kesulitan dakwah, maka tanamkan keyakinan agar jangan pernah takut ditimpa kesulitan dalam dakwah. Tanpa dakwah pun manusia pasti diuji Allah dengan beragam kesulitan. Bagi para pengemban dakwah, Allah berjanji pasti akan menolong dirinya (Lihat: QS Muhammad [47]: 7).
Kelima: Memahamkan Keluarga Tentang Kebaikan Kebaikan Dakwah. Untuk mendorong keluarga agar mau berdakwah dan mau melalui berbagai kesulitan dan tantangan dakwah, maka perlu banyak dorongan ruhiah. Kita perlu menyampaikan kepada mereka berbagai kebaikan yang akan Allah berikan kepada para pengemban dakwah.
Perkataan para pengemban dakwah digelari sebagai sebaik-baiknya perkataan (Lihat: QS Fushshilat [41]: 33). Aktivitas dakwah akan mendatangkan balasan yang luar biasa dari Allah SWT. Rasulullah saw. bersabda kepada Ali bin Abi Thalib ra., ”Demi Allah, sungguh Allah SWT memberikan hidayah kepada seseorang dengan (dakwah)-mu, maka itu lebih baik bagimu dari unta merah.” (HR al-Bukhari, Muslim dan Ahmad).
Menurut Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani unta merah adalah kendaraan yang sangat dibanggakan oleh orang Arab saat itu.
Khatimah
Kita harus berusaha agar keluarga kita menjadi bagian dari perjuangan untuk mengubah kondisi umat hari ini. Namun harus diingat, tak semua yang kita harapkan bisa menjadi kenyataan. Bisa jadi, tak semua menerima apa yang kita sampaikan. Orangtua kita, atau mungkin suami atau istri (pasangan kita), atau anak anak kita masih belum seperti yang kita harapkan. Mereka belum siap untuk menjadi agen perubahan di lingkungan atau di komunitas mereka masing masing.
Tidak perlu risau. Yang bisa kita lakukan hanyalah meminta kepada Allah Yang Mahakuasa, Maha membolakbalikkan hati manusia, agar memberikan hidayah kepada keluarga kita.
Semoga Allah memberi kita keistiqamahan dalam mengajak keluarga kita di jalan perjuangan mengubah umat ini kembali menjadi umat terbaik, umat nan mulia.
WalLahu a’lam bi ash-shawwab. [Wiwing Noeraini]