Mempersiapkan Keluarga Tangguh
Sebagai keluarga Muslim kita yakin bahwa peraturan yang sesuai standar Islam saja, bukan HAM atau yang lain, yang akan menjadikan keluarga menjadi keluarga tangguh dan memiliki daya tahan terhadap krisis. Allah SWT berfirman:
وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِي فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةٗ ضَنكٗا
Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku, sesungguhnya bagi dia penghidupan yang sempit (QS Thaha [20]: 124).
Agar Menjadi Keluarga Tangguh
Putraku, Nanti Kau akan Menjadi Suami dan Ayah bagi Anak-Anakmu…
Dalam rumah tangga, Allah SWT memberikan peran kepada suami sebagai pemimpin rumah tangga yang wajib memimpin, melindungi dan memberi nafkah kepada keluarganya (Muhammad bin Ahmad Ismail Al-Qadir, Al-Mar’ah bayna Takrim al-Islam wa Ihanah al-Jahiliyah, hlm. 125-127).
Allah SWT berfirman:
ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖ وَبِمَآ أَنفَقُواْ مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡۚ ٣٤
Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka (QS an-Nisa’ [4]: 34).
Oleh karena itu calon ayah harus dibekali ilmu dan keterampilan/keahlihan agar kelak mampu mencari nafkah yang halal, luas dan berkah. Keterampilan/keahlihan bisa berupa berdagang, beternak, berbisnis, manajemen, dll. Bisa ditingkatkan pada 3 keterampilan yang harus dimiliki oleh pemimpin dalam berwiraswasta: keterampilan konsep (conceptual skill); keterampilan teknis (technical skill) dan human skill: keterampilan bekerjasama dengan orang lain, bawahannya, dan lembaga yang lain.
Demikian pula calon ayah diberi bekal ilmu agama agar mampu mendidik anak dan istrinya agar terhindar dari neraka. Saat menafsirkan QS at-Tahrim ayat 6, Ibnu Abbas ra. menyatakan: “(Hai orang-orang yang beriman) kepada Muhammad saw. dan al-Quran, (Jagalah diri kslisn, kaum kalian (dan keluarga kalian), anak-anak kalian dan istri-istri kalian (dari api neraka). Didiklah, ajarilah mereka kebaikan (agama Islam; menerapkan aturan Islam), hal itu akan menyelamatkan mereka dari neraka (Ibn Abbas, Tanwir Miqbas II/95).
Calon ayah harus diberi bekal agama Islam sehingga bisa memimpin keluarganya agar menjalani kehidupan sesuai syariah Islam secara kaffah. Baik urusan dunia maupun urusan akhirat. Baik saat bergaul, berekonomi, berpolitik, berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat dan bernegara. Ayah juga memimpin dan menfasilitasi agar anak dan istrinya berdakwah menegakkan Islam kaffah.
Tidak kalah penting calon ayah harus dipersiapkan mempunyai kepribadian Islam yang kuat, mampu sebagai suri teladan dan terdepan dalam kebaikan. Dengan itu ia mampu memimpin anak dan istrinya khususnya dan masyarakat pada umumnya dalam ketakwaan (Lihat: QS al-Furqan [25]: 74).
Putriku, Nanti Kau akan Menjadi Istri dan Ibu bagi Anak-Anakmu…
Dalam rumah tangga, Allah SWT memuliakan wanita dengan memberi dia peran sebagai sebagai ibu dan pengatur rumah (ummun warabat al-bayt). Ia bertanggug jawab mengatur rumahnya di bawah kepemimpinan suami. Sabda Rasulullah saw.:
الْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهَا
Wanita adalah penanggung jawab di rumah suaminya dan anak-anaknya (Muttafaq ‘alayh).
Agar anak-anak terbiasa mentaati pemimpin termasuk suaminya dan meminta izin jika keluar rumah, maka anak-anak harus dilatih dan dibiasakan untuk mentaati bapak ibu, guru dan pemimpimnya. Ketaatan merupakan konsekuensi dari kepemimpinan. Anak harus memahami melaksanakan kewajiban taat kepada suami karena melaksanakan perintah Allah dan mencari ridha Allah. Karena itu dia akan tetap mentaati suaminya walaupun dia mempunyai berbagai kelebihan dibanding suami baik dari sisi kekayaaan, kecakapan dan kompetensi yang lain. Tentu ketaatan itu selama para pemimpin itu taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Begitu juga kebiasaan keluar rumah dan beraktifitas, izin kepada orangtuanya. Orangtua mengizinkan setelah memastikan bahwa anak-anak tetap dalam keadaan aman dan bertakwa selama di luar. Jika tidak ada jaminan anak dalam keadaan aman dan bertakwa. Karena itu orangtua harus tegas melarang dan memberi argumentasi yang syar’i dan bisa diterima anak.
Calon ibu harus dibekali keterampilan mengurus rumah agar rapi dan sehat. Kadang bapak-ibu lupa melatih anak-anak untuk mengurus rumah. Apalagi kalau di rumah sudah ada pembantu yang mengerjakannya dengan tuntas dan baik. Sekalipun tidak setiap hari anak mengurus rumah, anak harus dilatih mampu mengurus rumah mulai seperti membersihkan dan merapikan rumah, mencuci baju, menyetrika, menjahit baju yang sobek, atau memasang kancing baju yang copot serta memasak, memahami makanan dan minuman yang sehat dan halal. Anak harus dilatih mengurus rumah agar menyenangkan bila dipandang dan mengatur rumahnya sehingga nyaman bagi anggota keluarganya. Karena itu seluruh anggota keluarganya bisa merasakan bayti jannati (rumahku adalah surgaku).
Calon ibu juga harus dibekali ilmu untuk mengasuh, mendidik, sebagai teladan yang baik, mencarikan lingkungan yang kondusif, sehingga anak-anaknya menjadi anak shalih-shalihah. Jangan sampai karena kelalaiannya, anak-anak dididik oleh HP dan media lain yang merusak. Calon ibu harus belajar ilmu mengasuh yang benar, memahami perkembangan anak dan mengasuh anak dengan memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan fisik maupun naluri. Hal ini dilakukan tanpa menunggu anak meminta, agar anak terhindar dari kerusakan psikis dan fisik.
Buat Putra-Putriku…
Anak harus dilatih untuk mengatur uang. Sering orangtua yang mampu memberi uang kepada anaknya secara berlebihan. Seharusnya pemberian yang makruf, tidak berlebihan dan tidak pelit. Orangtua harus memberi kepercayaan kepada anak yang menjelang balig untuk mengatur uang. Mengajari untuk mengatur keuangan sehingga cukup, berkah dan semakin bertakwa. Rezeki harus dibelanjakan pada yang halal, sesuai dengan kebutuhan, bukan sesuai dengan keinginan, tidak berfoya-foya dan konsumtif.
Anak juga harus dibiasakan menutup aurat dan ditanamkan sifat malu berbuat maksiat. Perempuan dibiasakan menutup auratnya, seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan, dan tidak tabarruj; laki-laki menutup auratnya pusat sampai lutut. Menjaga pergaulan dengan lawan jenis, menundukkan pandangan, tidak ber-khalwat (berdua-duaan) perempuan dengan laki-laki, berakhlak mulia serta menjauhi akhlak yang merusak. Biasakan anak-anak berpakaian takwa, agar terdorong berahlak mulia, misal pakai peci bagi anak laki-laki.
Dalam menjalani kehidupan tentu kadang ada masalah-masalah yang menghambat. Karena itu jangan lupa membekali anak-anak agar mampu menyelesaikan masalah. Dilatih sejak dini, anak untuk menyelesaikan masalah. Diajari bagaimana memahami fakta permasalahan, menganalisis akar masalahnya dan memberi solusi dengan standar Islam.
Andai ada Khilafah
Upaya ini akan ringan seandainnya negara yang menerapkan sistem Islam. Khilafah akan menjadikan peraturan-peraturan Islam sebagai undang-undang yang harus dilaksanakan sehingga tercipta keluarga yang tangguh. Di bidang ekonomi, negara meringankan tugas ayah mencari nafkah. Dengan politik ekonomi Islam, yaitu memenuhi kebutuhan pokok: sandang, pangan dan papan murah; menjamin kesehatan, pendidikan, jalan, keamanan dan birokrasi gratis. Semua ini akan menjadikan biaya hidup murah. Disamping itu negara akan memberikan bantuan bagi yang membutuhkan.
Di bidang pendidikan, disiapkan pendidikan gratis dan berkualitas. Semua ini demi menjadikan generasi menjadi pemimpin, ilmuwan, ulama dan negarawan yang berkepribadian Islam.
Di bidang sosial budaya, dengan diterapkan budaya Islam dan sistem pergaulan Islam maka budaya pergaulan bebas, tawuran, bullying tidak merajalela.
Di bidang media, negara menjadikan media sebagai media edukasi, baik media elektronik: radio, televisi dan internet, juga media cetak: buku, majalah, novel, koran, fungsinya adalah mendidik generasi agar bergelora keimanan dan ketakwaannya. Bandingkan dengan media hari ini isinya tidak terlepas dari membangkitkan nafsu syahwat dan kriminalitas sehingga mudah dijumpai generasi yang terpapar pergaulan bebas, narkotika dan kriminal yang lain.
Dengan demikian tidak ada harapan pada sistem lain selain sistem Islam untuk membentuk keluarga yang tangguh, tahan krisis, sakinah mawaddah warahmah.
WalLahu a’lam. [Ummu Nadhifah F.]