Sukses Mendidik Anak Di Rumah Saat Wabah
Untuk mengindari penularan virus Corona (Covid-19) yang semakin tak terkendali, Pemerintah menetapkan kebijakan pembelajaran di rumah dalam semester ini.
Merespon kebijakan ini orangtua banyak yang repot. Banyak sekali kendala yang dialami orangtua. Ada yang sehari-sehari sibuk bekerja yang tidak bisa ditinggalkan. Ada yang kehilangan pekerjaan. Tentu pikirannya bukan bagaimana mengajari anak-anak, tetapi bagaimana menyambung hidup keluarganya. Banyak pula orang tua yang tidak memahami metode pendidikan. Akibatnya, orangtua dan anak-anak semakin terbebani proses belajar mengajar di rumah.
Sebenarnya negara wajib menfasilitasi pedidikan rakyat secara gratis dan berkualitas. Karena itu seharusnya dalam kondisi seperti sekarang ini pembelajaran tetap dihandel dosen/ guru dengan kuliah dan belajar online. Sekolah dan kampus menyiapkan SDM, media pembelajaran dan sumber belajar dengan baik. Dengan itu proses belajar-mengajar bisa dilakukan dengan baik. Negara juga harus menyiapkan fasilitas pendidikan secara gratis:
- Modul tentang model belajar mandiri dan modul sebagai panduan bagi siswa dan orang tua;
- Modul-modul yang berkaitan dengan materi pelajaran/materi kuliah yang disajikan dengan model belajar mandiri;
- Perpustakaan digital-ebook;
- Laptop yang berkualitas dan kuota;
- Makanan bergizi dan fasilitas kesehatan yang lain berupa masker, hand sanitizer, dll.
Pada masa Khalifah al-Ma’mun, kebijakan pelayanan pendidikan gratis dan berkualitas betul-betul dilaksanakan dengan baik. Negara tidak hanya mengatiskan biaya pendidikan. Negara juga memberi fasilitas berupa asrama, makan-minum, kertas, pena dan lampu serta uang satu dinar perbulan. Jika harga emas 1 gram Rp 700.000, berarti Rp 2.975.000 perbulan. Ini hanya uang jajan saja, karena kebutuhan sehari-hari siswa/mahasiswa sudah dipenuhi. Demikianlah gambaran pelayanan pendidikan pada masa Khilafah.
Sekarang, kenyataan yang kita hadapi adalah sebaliknya. Karena itu, mau tidak mau, kita harus sukses menjadi guru bagi anak-anak kita. Oleh karena itu kita perlu menyiapkan beberapa hal sebagai berkut:
Pertama, tanamkan kepada anak tentang kewajiban menuntut ilmu dan motivasi berprestasi. Libatkan anak untuk membuat jadwal harian, termasuk jadwal belajar dan bermain. Ajak anak berkomitmen dan disiplin. Sabda Rasulullah saw.:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim (HR Ibnu Majah).
Kedua, tetapkan tujuan pembelajaran, materi pelajaran dan evaluasi pembelajaran. Semuanya agar anak mendapatkan pengetahuan, membentuk sikap serta mampu mempraktekannya. Pastikan mata pelajaran yang disampaikan sesuai dengan ajaran Islam. Jika tidak sesuai dengan ajaran Islam, untuk anak yang belum balig, tidak boleh diberikan. Akan tetapi, untuk anak yang sudah balig, bisa disampaikan. Lalu ditunjukkan letak kesalahannya. Yang benar sesuai dengan Islam juga dijelaskan agar dipahami, diyakini, dan selanjutnya untuk diamalkan. Dengan demikian tetap diperhatikan tujuan pendidikan dalam Islam, yaitu menghasilkan ulama, ilmuwan, negarawan, inovator yang berkepribadian Islam.
Ketiga, cari tempat yang nyaman dan suasana yang santai, tetapi tetap serius dan disiplin. Buatlah ruangan khusus yang nyaman. Anak bisa dilibatkan menghias ruang belajar sehingga ruang belajar menjadi nyaman dan menyenangkan. Untuk membantu pencapaian pendidikan ini, hendaklah disiapkan ruang perpustakaan di dalam rumah (Muhammad Shalih, 40 cara Membina Rumah Tangga, hlm. 43).
Bisa juga perpustakaaan digital. Perpustakaan harus nyaman sehingga menjadikan anak-anak gemar membaca. Buku-buku harus diseleksi, yakni yang isinya tidak menyimpang dari ajaran Islam, sesuai dengan umur dan mendukung pencapaian tujuan pendidikan.
Keempat, ciptakan Quantum Teaching, yaitu mengajar dengan memilih interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Model ini memiliki prinsip, “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka.” (DePorter, 2009: 6). Dengan itu guru dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan agar siswa dapat dengan mudah memahami materi pembelajaran. Ciptakan juga Quantum Learning, yaitu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga anak mampu mencapai lompatan target pembelajaran.
Selanjutnya, pastikan metode pengajaran yang diterapkan adalah talaqqiy[an] fikriy[an] muatsitsar[an], yaitu penyampaian (khithab) dan penerimaan (talaqqi) pemikiran dari pengajar kepada pelajar secara berpengaruh, yaitu untuk mencapai tujuan pembentukan kepribadian Islam pada diri pelajar. Karena itu metode talaqqiy[an] fikriy[an] muatstsir[an] mengharuskan pemikiran sampai secara benar dan rinci dari pengajar kepada pelajar untuk diyakini dan diamalkan. Bukan sekadar transfer informasi. Dengan itu pengajar mampu membentuk perilaku anak didik yang senantiasa berdasarkan ajaran Islam. (An-Nabhani, Syakhshiyah Islamiyah, I/374).
Selanjutnya pilihlah metode/teknis pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan usia anak; memahami keadaan anaknya secara baik; dan menggunakan teknik pembelajaran yang tepat. Kuasai materi yang akan diajarkan. Pahami keadaan anak. Pahami metode/teknik pendidikan. Dengan itu kita mampu memilih metode/teknik yang tepat sesuai level berpikir anak dan mampu mengelola psikis anak dengan baik agar tujuan pembelajaran tercapai. Rasulullah saw. bersabda:
أُمِرْنَا أَنْ نُكَلِّمَ النَّاسَ عَلَى قَدْرِ عُقُوْلِهِمْ
Kami (para nabi) diperintah supaya berbicara kepada manusia menurut kadar akal (kecerdasan) mereka masing-masing (Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum ad-Din, 1/99).
Teknis/metode pembelajaran adalah cara-cara yang dipergunakan guru dalam menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa metode/teknik pembelajaran:
- Bercerita. Dengan menyiapkan kisah-kisah yang ada dalam video dan bisa mencari bahan ajar di internet.
- Bermain peran (role palying). Berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dulu untuk tujuan-tujuan tertentu. Karena siswanya sedikit, hanya anak kita, maka bisa seperti “dalang” saja. Misalnya pelajaran sains tentang air. A: Hai air, bagaimana keadaanmu dan apa fungsimu? B menjawab: ….dst.
- Metode kauni quantum memori. Menghapal disertai dengan gerakan-gerakan agar mudah mengingatnya. Misal, QS al-Baqarah ayat 183 tentang shaum, untuk mengingatkan, digunakan bahasa isyarat shaum (tidak makan minum).
- Metode pembelajaran make a match (mencari pasangan) (Lorn Curran; 1994). Ada dua kartu. Satu isinya soal. Sisi lainnya berisi jawaban.
- Metode diskusi dan debat. Metode ini sangat bagus untuk belajar bahasa asing (Abdul Majid, 2006: 142),
- Metode pemecahan masalah (problem solving learning). Merupakan cara memberikan pengertian dengan menstimulasi anak didik untuk memperhatikan, menelaah dan berpikir tentang suatu masalah. Selanjutnya menganalisis masalah tersebut, menentukan akar masalahnya dan memberi solusi dengan standar Islam.
- Think Talk Write (Latihan berbahasa secara lisan dan tulisan).
- Demontrasi, presentasi. Anak mempresen-tasikan ulang pelajaran yang di dapat, misal membuat video rekaman.
Kelima, pendidikan dengan kasih sayang. Pendidikan akan mudah diterima oleh anak pada saat orangtua mendidiknya dengan kasih sayang. Jika anak dalam keadaan tidak nyaman, sering diperlakukan kasar, maka kebutuhannya akan keamanan dan kenyamanan tidak terpenuhi, maka anak cenderung untuk berperilaku aneh, membangkang dan menyimpang agar memperoleh perhatian dan kasih sayang orangtuanya.
Syariah Islam mensyaratkan seorang pendidik harus punya sifat kasih sayang. Sabda Rasulullah: “Tidakkah termasuk golongan kami, orang-orang yang tidak mengasihi anak kecil di antara kami, dan tidak mengetahui hak orang besar di antara kami.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi-Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyah al-Awlad fi al-Islam (Terjemahan), I/33).
Keenam, pembiasaan perilaku yang islami dalam kehidupan sehari-hari sejak kecil. Berkepribadian Islam/berperilaku berdasarkan akidah Islam merupakan konsekuensi seorang Muslim. Ia harus memegang erat identitas/jatidirinya sebagai seorang Muslim yaitu senantiasa berperilaku sesuai dengan al-Quran dan al-Hadis dimana pun, kapan pun dan dalam aspek apapun dia beraktivitas. Identitas itu menjadi kepribadian yang tampak pada pola pikir dan pola sikapnya yang didasarkan pada ajaran Islam (An-Nabhani, Syakhshiyah Islamiyah I/20).
Ketujuh, keteladanan itu penting. Upayakan anak dalam lingkungan yang islami, karena anak lebih mudah mencontoh perilaku orang-orang yang ada di sekitarnya, baik tetangga, teman dan media (TV, Internet dll). Tentu yang paling berpengaruh adalah perilaku seluruh anggota keluarga; terutama ayah, ibu dan orang-orang yang yang banyak bergaul dengan anak. Karena itu mereka juga harus berperilaku sesuai dengan Islam dan bisa menjadi teladan. Metode keteladanan ini terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membantu membentuk tingkah laku anak (Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyah al-Awlad, hlm. 142).
WalLahu a’lam. [Ummu Nadzifah F.]