Dari Redaksi

Khutbah Politik Nabi SAW. Saat Haji Wada’

Umat Islam dari seluruh penjuru dunia telah menyelesaikan ibadah haji. Ibadah haji memiliki banyak keutamaan. Salah satunya, sebagaimana sabda Rasulullah saw., Haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Meskipun termasuk ibadah, aspek politik dari ibadah haji tidak dipisahkan. Di antaranya adalah tentang pentingnya persatuan umat Islam di seluruh dunia. Ibadah haji telah memberikan gambaran persatuan ini. Umat Islam dari seluruh penjuru dunia didorong oleh keimanan dan ketaatan kepada Allah hadir untuk memenuhi panggilan Allah SWT. Berbagai bangsa, ras, suku dan warna kulit bersatu diikat oleh ikatan akidah Islam.

Persatuan umat Islam ini juga menjadi salah satu yang dinasihatkan dalam khutbah politik Rasulullah saw. saat Haji Wada’. Di Bukit Arafah, pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 H, saat wukuf, Rasulullah saw. mengingatkan umatnya bahwa sesama Muslim adalah bersaudara yang diikat oleh akidah Islam: “Wahai sekalian manusia. Dengarkan kata-kataku ini dan perhatikan! Setiap Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain. Kaum Muslim semua bersaudara. Seseorang tidak dibenarkan mengambil sesuatu dari saudaranya, kecuali jika dengan senang hati diberikan kepada dia. Janganlah kalian menganiaya diri sendiri.”

Dalam khutbahnya Rasulullah saw. juga mengapuskan sekat-sekat yang didasarkan pada keturunan, ras, Arab atau bukan Arab. Beliau mengingatkan, “Hai manusia, sesungguhnya Rabb kalian itu satu. Bapak kalian juga satu. Kalian berasal dari Adam dan Adam berasal dari tanah. Yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertakwa kepada Allah. Tidak ada kelebihan orang Arab dari orang ajam, selain karena ketakwaan.

Khutbah ini menegaskan kembali bahwa umat Islam merupakan umat yang satu. Persatuan yang didasarkan pada akidah Islam inilah yang memperkuat umat Islam. Dengan prinsip ini, Islam menyatukan umat manusia.

Persatuan ini tentu membutuhkan payung politik yang disebut negara yang akan mengintegrasikan manusia di dalamnya dengan aturan yang sama, tujuan yang satu. Dalam Islam negara ini disebut Khilafah.

Khilafah mengintegrasikan kaum Muslim dan manusia dari berbagai latar belakang. Secara historis, kekuasaan Khilafah Islam menyebar mulai dari Jazirah Arab, Persia, India, Kaukasus hingga mencapai perbatasan Cina dan Rusia. Khilafah membebaskan Syam bagian Utara, Mesir, Afrika Utara, Spanyol, Anatolia, Balkan, Eropa Selatan dan Timur, hingga di gerbang Wina Austria. Khilafah Islam pun meingintegrasikan kawasan beragama Kristen (Byzantium, Ethiopia, Koptik Mesir, Syam dan Bashrah); Majusi-Zoroaster (Persia, Bahrain, Oman, Yamamah, Yaman), Konfusius (Cina) dan Hindu (India). Khilafah Islam juga mengintegrasikan manusia  dari berbagai ras, suka dan warna kulit: semit (Arab, Syriani, Kaldean), Hametik (Mesir, Nubia, Berber dan Sudan); Aria (Parsia, Yunani, Spanyol dan India), Tourani (Turki dan Tartar).

Persatuan Dunia Islam di bawah naungan Khilafah  inilah yang telah membuat umat Islam disegani oleh kawan dan ditakuti oleh musuh. Tidak ada yang membantah kalau umat Islam bersatu, pasti umat Islam kuat. Karena itu berbagai cara Barat lakukan untuk menghancurkan persatuan umat Islam. Puncaknya adalah saat Barat menghancurkan Khilafah Islam yang salama ini secara politik menaungi persatuan Dunia Islam. Negeri-negeri Islam kemudian dipecah-pecah menjadi negara-negara bangsa yang kecil, lemah dan tak berdaya.

Tidak aneh kalau Barat sangat khawatir di tengah-tengah umat kembali berdiri Khilafah Islam ‘ala minhâj an-nubuwah. Pasalnya, jika Khilafah kembali tegak, itu artinya mereka akan berhadapan dengan negara adidaya yang menyatukan umat Islam. Khilafah akan memobilisasi tentara-tentara kaum Muslim untuk membebaskan negeri Islam yang ditindas. Rakyat yang siap syahid fi sabilillah akan berperang dibawah komando Khalifah untuk membela negeri-negeri Islam yang dijajah. Mereka akan berhadapan dengan negara Khilafah, yang akan menjaga kekayaan alam negeri-negeri Islam, dari negara-negara imperialis yang rakus.

Pesan politik penting lainnya dalam Haji Wada’ ini adalah saat Rasulullah saw. mengingatkan kaum Muslim untuk berpegang teguh pada al-Quran dan as-Sunnah. “Wahai manusia, dengarlah dengan sungguh-sungguh dan pahamilah kata-kataku yang telah kusampaikan kepada kalian. Sesungguhnya telah aku tinggalkan dua hal kepada kalian, yakni al-Quran dan Sunnahku. Sekiranya kalian berpegang teguh dan mengikuti keduanya, niscaya kalian tidak akan tersesat selamanya.

Berpegang teguh pada al-Quran dan as-Sunna, artinya umat Islam wajib diatur berdasarkan syariah Islam, bukan dengan yang lain. Islam ini sesunguhnya sudah sempurna, tidak membutuhkan ajaran-ajaran yang lain. Kita tidak butuh sistem demokrasi untuk mengurus politik kita. Kita tidak butuh sistem liberal untuk mengatur ekonomi kita. Ajaran Islam yang sempurna bisa mengatur urusan-urusan manusia dalam segala aspek; politik, ekonomi, kenegaraan, dll.

Bersamaan dengan Haji Wada’ ini, Allah SWT menurunkan ayat al-Quran yang menunjukkan kesempurnaan ajaran Islam.  “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, telah Kucukupkan bagi kalian nikmat-Ku dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agama kalian (QS al-Maidah [5]: 3).”

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan tentang ayat ini: Ini merupakan nikmat Allah yang paling besar kepada umat ini. Pasalnya, Allah telah menyempurnakan bagi mereka agama mereka. Mereka tidak memerlukan lagi agama yang lain.

Disebutkan juga oleh Imam Ibnu Katsir, berdasarkan ayat ini berarti yang berhak mengatur umat Islam adalah syariah Islam, bukan yang lain.

Allahu Akbar!  [Farid Wadjdi]

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

six − 1 =

Back to top button