Dari Redaksi

Pelajaran Politik dari Afganistan

Setelah 20 tahun menduduki Afghanistan, akhirnya Amerika menarik pasukan militernya dari bumi jihad ini. Tidak lama setelah pengumuman Biden memastikan mundurnya militer Amerika, Taliban mulai menguasai kota-kota penting di Afghanistan, termasuk ibukota Kabul. Presiden Asraf Gani dilaporkan kabur ke luar negeri meninggalkan rakyatnya.

Apa yang terjadi di Afghanistan memberikan pelajaran politik penting bagi siapapun. Pertama: betapa rapuhnya penguasa boneka yang didukung Barat. Larinya Asraf Gani, jatuhnya Husni Mubarak dan Zainal Abidin bin Ali dalam Arab Spring, menunjukkan para penguasa negeri Islam sesungguhnya bisa bertahan karena didukung oleh Barat.

Di sisi lain, betapa mudahnya Barat menyingkirkan agen-agen mereka yang tidak lagi dianggap berguna. Padahal selama ini mereka telah melayani dengan sepenuh hati kepentingan-kepentingan Barat. Padahal mereka selama ini telah berkhianat kepada rakyatnya sendiri, korup bahkan menumpahkan darah rakyatnya sendiri. Semua ini tidak ada artinya bagi Barat. Mereka dicampakkan bagaikan sampah yang tak berguna lagi.  Ini menjadi peringatan para rezim diktator yang merasa hebat dengan kekuasaannya. Semuanya ada batasnya.

Kedua:  Kembali membuktikan  anggapan bahwa militer Amerika sebagai negara adidaya tidak bisa dikalahkan adalah mitos. Mundurnya Amerika jelas adalah kekalahan militer mereka, seperti yang terjadi di Vietnam maupun Irak. Persenjataan canggih, dana yang besar, ternyata tidak bisa mengalahkan para pejuang yang tulus ikhlas membela negaranya, mengusir penjajah. Kekuatan melawan penjajahan ini semakin dahsyat karena didasarkan pada kewajiban syariah Islam. Allah SWT telah mewajibkan jihad fi sabilillah untuk mengusir penjajah dari negeri Islam. Inilah yang menjadi kekuatan utama pejuang Taliban, mujahidin Irak, Suriah dan Palestina, yang tidak pernah benar-benar bisa dikalahkan bahkan oleh negara adidaya sekalipun.

Hal ini seharusnya menjadi tamparan keras bagi bagi para penguasa negeri Islam yang tunduk kepada Amerika karena takut dengan kekuatan militer Amerika. Pelajaran bagi para penguasa Arab termasuk Iran, Turki, Pakistan, Malaysia dan Indonesia, yang tidak mengirimkan pasukan  militernya untuk membebaskan Palestina. Padahal para penguasa negeri-negeri Islam ini memiliki pasukan militer terlatih dan unggul, serta persenjataan berat yang canggih. Tentu semua itu jauh dari persenjataan mujahidin Taliban dan Palestina. Namun, karena pengkhianatan mereka terhadap umat Islam dan pelayanan mereka terhadap negara-negara imperialis membuat mereka menjadi penguasa pengecut. Mereka membangun opini seolah Amerika adalah negara yang tidak bisa dikalahkan.

Islam dan ajaran jihad fi sabilillah inilah yang membuat mujahidin Afghanistan rela berkorban, bersabar hingga meraih kemenangan. Ajaran Islam inilah yang membuat Bumi Afghanistan tidak bisa ditaklukkan oleh tiga negara besar dunia: Inggris, Soviet dan Amerika Serikat.

Karena itu sungguh sangat membahayakan kalau ada di negeri ini yang berupaya untuk mengkriminalkan ajaran syariah Islam, mengkriminalkan kewajiban jihad fi sabilillah dan khilafah. Padahal semua itu merupakan ajaran Islam yang menjadi kunci kekuatan melawan penjajahan. Bisa diduga mereka yang berupaya menjauhkan negeri ini dan penduduknya yang mayoritas Muslim dari syariah Islam adalah antek-antek penjajah yang tetap menginginkan negeri ini dijajah dalam berbagai bentuk.

Namun, perlu kita ingat, Amerika adalah negara penjajah dengan segala kejahatan dan kelicikannya. Tentu Amerika tidak akan membiarkan Afghanistan dan negeri-negeri lain lepas begitu saja dari cengkeraman mereka. Apalagi Afghanistan adalah kawasan yang sangat penting secara geo-politik dan memiliki kekayaan alam yang melimpah. Karena itu umat Islam di Afghanistan termasuk Taliban yang sedang berkuasa sekarang harus mewaspadai akal bulus Amerika. Sebabnya, apa yang dilakukan Amerika saat ini merupakan exit strategi agar mereka bisa keluar dari Bumi Afghanistan tanpa kehilangan muka. Namun, mereka akan tetap berupaya mempertahankan penjajahan mereka dalam bentuk lain.

Inilah yang diperingatkan oleh Amir Hizbut Tahrir dalam Soal-Jawab-nya terkait Afghanistan. Taliban harus menghentikan segala bentuk negoisasi dan kompromi dengan Amerika. Ini cara Amerika untuk tetap mempertahankan penjajahannya dalam bentuk lain.  Peringatan Amir Hizbut Tahrir sangat penting diperhatikan dan menjadi catatan penting buat umat Islam di Afghanistan, terutama Taliban, “Kelanjutan negosiasi (sesungguhnya) tidak mengarah pada pencabutan Amerika dari Afghanistan, tetapi lebih untuk menipu. Jadi, Amerika keluar melalui pintu depan dan masuk kembali melalui pintu belakang yang dijaga oleh para agen dan pengikut di Pakistan, Turki dan Iran serta mereka yang berputar bersama mereka di antara alat-alat Amerika di Afghanistan sendiri. Kemudian mereka memainkan peran utama dalam mempertahankan pengaruh Amerika di Afghanistan.”

Sesungguhnya inilah kesempatan emas bagi Taliban dan rakyat Afganistan untuk menyatukan umat Islam seluruh dunia. Kesempatan emas ini  bisa menjadi momentum kebangkitan Islam kalau didasarkan pada dua hal. Pertama, kembali pada Islam secara kaffah. Kedua, mengikis habis intervensi negara-negara imperialis baik langsung atau tidak langsung; baik personal, kelompok, maupun sistem. Inilah harapan kita.

Sebagai kelompok yang dikenal selama ini menyatakan berpegang teguh pada al-Quran dan as-Sunnah, seharusnya Taliban benar-benar menerapkan syariah Islam yang totalitas dan kaffah. Bicara penegakan Islam kaffah, salah satu kunci pentingnya adalah sistem pemerintahan, sedangkan kalau bicara penegakan syariah Islam secara totalitas adalah khilafah.

Kita berharap Taliban menegakkan Khilafah yang sebelumnya ditolak. Membatasai menerapkan Imarah Islam yang berdasarkan nation state (begara-bangsa) akan sulit berhadapan dengan kekuatan global Amerika serikat. Taliban tidak bisa sendirian menghadapi kekuatan negara imperialis itu. Umat Islam harus memiliki kekuatan global. Hal ini tidak terwujud, kecuali umat Islam kembali  menegakkan khilafah. Khilafahlah yang akan menyatukan negeri-negeri Islam. Inilah kunci jika kita berharap kemenangan Taliban akan menjadi kemenangan Islam. Allahu Akbar! [Farid Wadjdi]

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

3 − two =

Back to top button