Dari Redaksi

Tolak Perda Syariah: Cermin Anti Islam

Anti Islam. Itulah kesan yang tampak jelas dari pernyataan Ketua Umum PSI Grace Natalie saat menolak perda syariah. Saat menyampaikan sambutannya dalam peringatan hari ulang tahun keempat PSI, Grace menyatakan PSI tidak akan pernah mendukung perda-perda agama, termasuk perda syariah. Meskipun kemudian PSI membantah bukan anti Islam, pengaitan perda syariah dalam pidatonya dengan upaya mencegah ketidakadilan, diskriminasi dan tindakan intoleransi jelas merupakan ujaran kebencian.

Pernyataan PSI ini langsung menimbulkan reaksi keras tokoh-tokoh umat Islam. Eggi Sudjana, yang melaporkan PSI ke kepolisian, menyatakan apa yang disampaikan petinggi PSI ini lebih parah dari penghinaan yang dilakukan Ahok, mantan Gubernur DKI Jakarta. Menurut dia, ada tiga hal berkaitan pernyataan PSI ini. Pertama, kata dia, Grace menyatakan perda itu menimbulkan ketidakadilan. Kedua, diskriminatif. Ketiga, intoleransi. Kalah Ahok, tambahnya, yang cuma mengatakan jangan mau dibohongi oleh QS Al-Maidah ayat 51, sementara PSI tiga poin.

Adapun alasan lain, menolak perda syariah karena rawan agama dimanfaatkan sebagai alat politik justru mengada-ada. Mengingat apapun bisa dijadian alat politik, tetapi mengapa tidak ditolak. Kekuatan uang, misalnya, sering digunakan para pemilik modal sebagai alat politik. Lalu mengapa intervensi pemilik modal tidak ditolak? Garis keturunan, seperti keturunan Soekarno, juga rawan digunakan sebagai alat politik. Mengapa tidak ditolak? Mengapa hanya agama yang ditolak? Mengapa mereka hanya khawatir dengan penerapan syariah Islam dijadikan alat politik. Padahal mereka sendiri menggunakan bahasa-bahasa agama, simbol-simbol agama, mendekati tokoh-tokoh agama, memperalat ulama, untuk kepentingan politik sekular mereka?

Sikap anti Islam itu semakin tampak ketika menolak syariah Islam karena khawatir menimbulkan konflik. Ini adalah tudingan berulang yang provokatif. Kekhawatiran ini dianggap seolah-olah sebagai suatu hal yang mutlak. Seolah-olah kalau negara berdasarkan syariah Islam pasti konflik. Tudingan ini justru merupakan bentuk penghinaan terhadap syariah Islam, penghinaan terhadap Allah SWT. Bagaimana mungkin syariah Islam yang bersumber dari Allah SWT dianggap berbahaya dan menimbulkan konflik ?

Kita tegaskan kembali. Syariah Islam itu berasal dari Allah SWT, yang memiliki sifat ar-Rahman dan ar-Rahim, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tidak mungkin ketika syariah Islam diterapkan akan membahayakan manusia. Syariah Islam itu juga rahmatan lil alamin, memberikan kebaikan pada seluruh alam. Karena itu, syariah Islam, jika diterapkan, akan memberikan kebaikan pada seluruh umat manusia, baik Muslim ataupun non-Muslim (kafir).

Selain itu, memutlakkan seolah-olah kalau syariah Islam diterapkan akan memunculkan kegaduhan, adalah tudingan ahistoris. Begitu banyak fakta historis yang menunjukkan kedamaian, kebaikan, kesejahteraan dan keamanan diperoleh umat manusia baik Muslim ataupun kafir ketika mereka tunduk pada syariah Islam di bawah naungan Khilafah. Sejarahwan Will Durant menyatakan: “Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para Khalifah telah mempersiapkan berbagai kesempatan  bagi siapapun yang memerlukannya dan meratakan kesejahteraan selama berabad-abad dalam luasan wilayah yang belum pernah tercatatkan lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka.”

Meskipun demikian, kita juga bukan menolak realita sejarah, ada saat-saat kelam dalam sejarah Kekhilafahan. Yang jelas, hal itu bukan karena sistem Khilafahnya yang menerapkan syariah Islam, tetapi terjadi karena penyimpangan terhadap syariah Islam. Terbunuhnya beberapa khalifah bukanlah karena syariah Islam. Sebab pembunuhan itu justru bertolak belakang dengan syariah Islam. Syariah Islam mengecam pembunuhan seperti itu. Terjadinya pembunuhan kepada Khalifah justru merupakan pelanggaran terhadap syariah Islam. Sekali lagi bukan karena penerapan syariah Islamnya. Persoalannya, mengapa mereka yang menolak syariah Islam, termasuk menolak Khilafah Islam, paling getol mengangkat sisi kelam yang merupakan penyimpangan ini, dibandingkan mengeskpos sistem Khilafah yang berabad-abad penuh dengan kebaikan?

Mengapa mereka getol mempersoalkan kekhawatiran syariah Islam akan menimbulkan konflik. Sebaliknya, Amerika Serikat dengan sistem Kapitalisme globalnya yang telah menimbulkan berbagai konflik dan kekacauan di dunia, tidak dipersoalkan? Mengapa mereka tidak mempersoal-kan kelaparan dan kemiskinan sistematis yang terjadi di dunia saat ini akibat sistem kapitalisme global? Mengapa mereka diam saat Zionis Israel yang didukung Amerika membombardir Palestina dan membunuh ribuan rakyat Palestina? Mengapa mereka bungkam dengan terbunuhnya lebih dari 1 juta umat Islam akibat pendudukan Amerika di Irak, Suriah dan Afganistan. Mengapa mereka hanya mempersoalkan Islam?

Intinya, karena mereka sesungguhnya anti Islam. Mereka tidak ingin umat menerapkan syariah Islam secara kâffah sehingga terlihat nyata bagaimana kebaikan yang didapat manusia saat mereka tunduk pada syariah Islam. Mereka tidak menginginkan kebangkitan Islam yang akan membuat Islam kembali unggul menjadi negara adidaya di dunia . Mereka tidak ingin umat Islam bersatu di bawah naungan Khilafah yang akan membebaskan negeri-negeri Islam yang dijajah. Mereka tidak lain boneka-boneka Barat yang anti Islam!

Adapun tudingan radikal, teroris dan mengancam negara adalah tudingan palsu yang mereka buat untuk memberikan stigma negatif terhadap Islam. Menjadi legitimasi palsu untuk menyerang Islam, menghalangi dan menindas aspirasi umat Islam yang menginginkan syariah Islam. Termasuk memberangus gerakan-gerakan Islam. Dengan menuding lawan politik anti Pancasila, mereka seolah-olah menjadi penjaga utama negeri ini. Padahal ideologi yang mereka emban, yaitu Kapitalisme liberal, itulah yang telah menghancurkan negeri ini.

Inilah yang secara tepat dikatakan politisi senior Amerika tentang siapa yang disebut oleh Amerika sebagai teroris dan radikal. Merekalah yang menginginkan syariah Islam termasuk Khilafah Islam, yang menentang dominasi Kapitalisme global yang sekular. Henry Kissinger, Asisten Presiden AS untuk urusan Keamanan Nasional 1969-1975, pada bulan November 2004 di Koran Hindustan Times, pernah menyatakan:  “…What we call terrorism in the United States , but which is really the uprising of radical Islam against the secular world, and against the democratic world, on behalf of re-establishing a sort of Caliphate (…Apa yang dinamakan terorisme di Amerika, tapi sebenarnya adalah kebangkitan Islam radikal terhadap dunia secular, dan terhadap dunia yang demokratis, atas nama pendirian kembali semacam Kekhalifahan).”

Walhasil, politisi sekular liberal di negeri Islam itu hanyalah kacung-kacung negara penjajah yang tidak menginginkan umat Islam bangkit. Allahu Akbar!  [Farid Wadjdi]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 × 1 =

Back to top button