Fokus

Ramadhan Bulan Al-Quran

Bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat istimewa. Keistimewaannya terletak pada keutamaan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan lainnya. Paling tidak ada empat keutamaan yang dimiliki Bulan Ramadhan.

Pertama: Bulan Penuh Ampunan. Bagi orang-orang beriman, ampunan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya adalah anugerah yang sangat besar. Bagaimana tidak. Setiap hari bisa saja seorang hamba melakukan perbuatan dosa dan maksiat. Namun, berbagai dosa dan maksiatnya berpeluang besar diampuni oleh Allah SWT pada Bulan Ramadhan. Begitu pun ketika seorang hamba melaksanakan shaum (puasa) Ramadhan dengan penuh keikhlasan dan hanya mengharapkan pahala dari Allah SWT, Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya. Rasulullah saw. bersabda:

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَة إِلَى الْجُمْعَة وَرَمَضَان إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِ ر

Shalat lima waktu, shalat Jumat ke Jum’at berikutnya, dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa di antara keduanya jika dia menjauhi dosa besar (HR Muslim).

 

Rasulullah saw. juga bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَاً وَاحْتِسَاً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِه

Siapa saja yang berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, dosanya yang telah lalu akan diampuni  (HR al-Bukhari dan Muslim).

 

Kedua: Bulan Berlimpah Keberkahan. Berkah memiliki makna bertambahnya kebaikan dan ketaatan. Ramadhan memang luar biasa. Kehadirannya dapat menjadi magnet yang sangat kuat sehingga hamba-hamba Allah terdorong melaksanakan berbagai amal shalih dan ketaatan. Intensitas dan kuantitas amal shalih umat Islam pasti meningkat tajam selama Bulan Ramadhan. Kondisi tersebut dapat dipahami dari sabda Nabi Muhammad saw.:

قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ الله عَلَيْكُم صِيَامَه يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَة خَيْر مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرهَا فَقَدْ حُرِمَ

Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa di dalamnya. Selama Ramadhan pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa saja yang dihalangi dari kebaikannya, sungguh ia terhalangi (HR Ahmad).

 

Hadis di atas menjelaskan betapa Ramadhan benar-benar bulan yang berlimpah keberkahan.

Qadhi ‘Iyadh menjelaskan bahwa “Juga dapat bermakna terbukanya pintu surga karena Allah memudahkan berbagai ketaatan pada hamba-Nya pada bulan Ramadhan seperti puasa dan shalat malam. Hal ini berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Pada bulan Ramadhan, orang akan lebih sibuk melakukan kebaikan daripada melakukan hal maksiat. Inilah sebab mereka dapat memasuki surga dan pintunya. Adapun pintu neraka tertutup dan setan terbelenggu, inilah yang mengakibatkan seseorang mudah menjauhi maksiat ketika itu.”

Ketiga, Bulan Bertabur Pahala. Bulan Ramadhan identik dengan shaum (puasa). Di dalamnya umat Islam diwajibkan berpuasa selama satu bulan penuh. Ibadah puasa Ramadhan adalah amalan yang istimewa di hadapan Allah SWT. Keistimewaannya terletak pada balasan pahala dari Allah SWT yang berbeda dengan amalan yang lain. Hal tersebut bisa kita pahami dari hadis berikut:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَة عَشْرُ أَمْثَالِهاَ إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلا الصَّوْمَ أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَه مِنْ فَإِنَّهُ لِي وَأَنا أَجْلِي

Setiap amal yang dilakukan anak Adam akan dilipatgandakan. Satu kebaikan dilipatganda-kan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Lalu Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Kecuali puasa. Sungguh puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang memberi ganjarannya. Orang yang berpuasa meninggalkan syahwat dan makannya demi Aku semata (HR Muslim).

 

Keempat: Bulan al-Quran Diturunkan. Keistimewaan dan kemuliaan Ramadhan bertambah karena pada bulan ini diturunkan al-Quran al-Karim. Allah SWT berfirman:

شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهۡرَ فَلۡيَصُمۡهُۖ

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu siapa saja di antara kalian hadir (di negeri tempat tinggalnya) pada bulan itu, hendaklah ia berpuasa (QS al-Baqarah [2]: 185).

 

Ketika menjelaskan ayat tersebut, Imam Ibnu Katsir  mengatakan, “(Dalam ayat ini) Allah Ta’ala memuji bulan puasa—yaitu bulan Ramadhan—dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Allah memuji demikian karena bulan ini telah Allah pilih sebagai bulan turunnya al-Quran daripada bulan-bulan lainnya. Pada bulan Ramadhan ini Allah pun telah menurunkan kitab ilahiyah lainnya kepada para nabi as.”

 

Ramadhan Syahr al-Qur’an

Ramadhan memiliki banyak nama. Di antara nama yang paling melekat dengan Ramadhan adalah Bulan al-Quran (Syahr al-Qur’an). Di antara alasannya, karena al-Quran diturunkan Allah SWT pada Bulan Ramadhan (QS al-Baqarah [2]: 185 dan QS al-Qadr [97]: 1). Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa Allah SWT menurunkan Al-Qur’an sekaligus dari Lauh Mahfuhz ke Baitul ‘Izzah di langit (dunia) yang terdekat. Kemudian diturunkan secara terpisah-pisah sesuai dengan kejadian-kejadian dalam masa dua puluh tiga tahun kepada Rasulullah saw.

Alasan lainnya, karena Malaikat Jibril as. mengajarkan al-Quran kepada Nabi Muhammad saw. setiap malam pada Bulan Ramadhan. Rasulullah saw., sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu ‘Abbas ra.:

أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاه جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ

Rasulullah saw. adalah manusia yang paling lembut terutama pada Bulan Ramadhan ketika Malaikat Jibril as. Menemui beliau, dan Jibril ‘Alaihis Salam mendatanginya setiap malam di bulan Ramadhan, (yakni ketika) Jibril as. mengajarkan al-Quran (HR al-Bukhari).

 

Malaikat Jibril as. biasanya mendatangi Rasulullah saw untuk menyampaikan wahyu dari Allah SWT. Namun, pada malam-malam Bulan Ramadhan, Jibril as. khusus menemui Rasulullah saw untuk mengajarkan al-Quran. Nabi Muhammad saw. membaca dan mengkhatamkan al-Quran bersama Jibril as pada Bulan Ramadhan. Abu Hurairah ra. bertutur:

أن جبريل كان يعْرضُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى الهه عَلَيْه وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ كُلَّ عَامٍ مَرَّةً، فَعرضَ عَلَيْهِ مَرَّتَين فِي الْعَام الَّذِي قُبِضَ فيه

Dulu Jibril mendatangi dan mengajarkan al-Quran kepada Nabi saw. setiap tahun sekali (pada Bulan Ramadhan). Pada tahun wafatnya Rasulullah saw. Jibril mendatangi dan mengajarkan al-Quran kepada beliau sebanyak dua kali (HR al-Bukhari).

 

Hadis ini sekaligus menunjukkan keutamaan membaca al-Quran pada Bulan Ramadhan. Para Sahabat, Tabi’in dan generasi setelah mereka banyak menyibukkan diri dengan membaca, menghapalkan dan memahami al-Quran, khususnya pada setiap Bulan Ramadhan. Pada generasi Sahabat, misalnya, ada Sayidina Utsman bin Affan ra. Beliau biasa  mengkhatamkan al-Quran setiap hari selama Bulan Ramadhan.

Pada generasi Tabi’in, seorang ulama bernama Al-Aswad bin Yazid, bisa mengkha-tamkan al-Quran pada Bulan Ramadhan setiap dua malam. Di luar bulan Ramadhan, Al-Aswad biasa mengkhatamkan al-Quran dalam enam malam. Waktu istirahat beliau untuk tidur hanya antara Maghrib dan Isya.

Masih pada generasi Tabi’in, ada seorang ulama bernama Qatadah bin Da’amah. Ia biasa mengkhatamkan al-Quran dalam tujuh hari. Namun pada bulan Ramadhan ia mengkha-tamkan al-Quran setiap tiga hari. Ketika datang sepuluh hari terakhir Bulan Ramadhan, ia mengkhatamkan al-Quran setiap malamnya.

Pada generasi Tabi’ at-Tabi’in ada Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i (Imam Syafii). Menurut Rabi’ bin Sulaiman, “Imam Syafii biasa mengkhatamkan al-Quran pada bulan Ramadhan sebanyak 60 kali.”

Ditambahkan oleh Ibnu Abi Hatim bahwa khataman tersebut dilakukan dalam shalat.

Mengapa generasi salafus-shalih banyak menyibukkan diri mereka dengan tadarrus al-Quran, khususnya pada setiap Bulan Ramadhan? Jawabannya, tentu selain dicontohkan Nabi Muhammad saw., juga karena adanya balasan pahala yang sangat besar bagi siapapun yang membaca al-Quran. Bahkan terdapat kebaikan pada setiap huruf yang dibaca. Nabi saw. bersabda:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ الله فَلَه بِه حَسَنَة وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهاَ لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

Siapa saja yang membaca satu huruf dari al-Quran akan mendapatkan satu kebaikan dengan bacaan tersebut. Satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluhkebaikan yang semisalnya. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf. Akan tetapi, Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf (HR at-Tirmidzi).

 

Mereka yang biasa membaca al-Quran juga mendapatkan syafaat kelak pada Hari Kiamat. Nabi Muhammad saw. bersabda:

اقْرَؤوا القُرْآنَ، فإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ القيامةِ شَفِيعًا لِأَصْحابِه

Bacalah al-Quran. Sungguh ia akan datang pada Hari Kiamat menjadi pemberi syafaat kepada orang-orang yang bersahabat dengannya (HR Muslim).

 

Fungsi al-Quran sebagai Pedoman Kehidupan

Dulu para Sahabat dan salafush-shalih benar-benar merasakan indahnya hidup dalam naungan al-Quran. Mereka menikmati indahnya penerapan hukum-hukum al-Quran. Apa yang mereka baca dari ayat-ayat al-Quran, itulah yang benar-benar diterapkan dalam kehidupan. Sebagai contoh, ketika mereka membaca ayat:

وَأَنِ ٱحۡكُم بَيۡنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ ٤٩

Hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang telah Allah turunkan (QS al-Maidah [5]: 49).

 

Saat membaca ayat ini, yakni perintah untuk memutuskan perkara berdasarkan wahyu yang telah Allah turunkan, begitulah fakta yang mereka lihat dan rasakan, yakni hukum-hukum Allah benar-benar diterapkan di dalam kehidupan. Begitu pun, misalnya, ketika bacaan mereka sampai pada ayat berikut:

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ ٩٦

Jika penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi (QS al-A’raf [7]: 96).

 

Mereka pun benar-benar merasakan kebaikan dan keberkahan yang Allah limpahkan kepada penduduk negeri karena sebab keimanan dan ketakwaan mereka kepada Allah SWT. Begitu seterusnya.

Kondisi tersebut sangat jauh berbeda dengan keadaan kita pada hari ini. Saat ini al-Quran hanya dijadikan sebagai bacaan dan hafalan semata. Tidak diterapkan secara totalitas dalam kehidupan. Bagi para pembaca dan penghafal al-Quran hari ini, tentu banyak sekali ditemukan kesenjangan ayat yang dibaca dengan fakta dalam kehidupan. Sebagai contoh, ketika kita membaca ayat:

وَأَحَلَّ ٱللَّهُ ٱلۡبَيۡعَ وَحَرَّمَ ٱلرِّبَوٰاْۚ

Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba (QS al-Baqarah [2]: 275).

 

Faktanya, ayat yang kita baca ini benar-benar bertolak belakang dengan realita. Pada saat ini muamalah ribawi bukan hanya marak dilakukan, melainkan seperti seolah diwajibkan melalui berbagai perangkat perundang-undangan. Padahal melakukan riba termasuk dosa besar.

Begitu pula ketika kita membaca ayat:

وَلَا تَقۡرَبُواْ ٱلزِّنَىٰٓۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةٗ وَسَآءَ سَبِيلٗا ٣٢

Janganlah kalian mendekati zina. Sungguh zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk (QS al-Isra [17]: 32).

 

Realitanya, perbuatan zina yang masuk kategori dosa besar marak terjadi di mana-mana. Malah di negeri-negeri Muslim, yang penduduknya banyak membaca dan menghapalkan al-Quran, tidak ada sanksi/hukuman bagi pelaku perzinaan.

Begitu pun terkait banyak ayat al-Quran lainnya. Pada intinya, saat ini al-Quran telah kehilangan fungsi utamanya, yakni sebagai petunjuk dan pedoman kehidupan.

Al-Quran memang memiliki beberapa fungsi. Di antara fungsi utamanya sebagai petunjuk bagi umat manusia (QS QS al-Baqarah [2]: 2, 185). Menjadikan al-Quran sebagai petunjuk, artinya al-Quran dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan kehidupan, baik yang dijalankan oleh indvidu, kelompok maupun Negara; baik meliputi pedoman dalam ibadah maupun hukum-hukum muamalah, uqubat (persanksian) hingga siyasah (politik).

 

Khatimah

Kehadiran Bulan Ramadhan, seharusnya menjadi momentum penting bagi umat Islam untuk berjuang sekuat kemampuan untuk menerapkan hukum-hukum al-Quran. Harus ada upaya yang serius untuk menyadarkan kaum Muslimin, bahwa sekadar membaca dan menghapalkan al-Quran saja memiliki pahala yang sangat besar. Apalagi membumikan al-Quran sebagai aturan kehidupan.

WalLahu a’lam. [Luthfi Afandi; (Founder Sekolah Penghafal Qur’an INSAN TAQWA, Bandung)]

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

12 − 6 =

Back to top button