Hiwar

KH Rochmat S. Labib: Kapitalisme Global Pasti Runtuh

Pengantar Redaksi:

Peradaban Barat pasti runtuh. Kapitalisme global sudah sangat rapuh. Tinggal menunggu rubuh. Setidaknya ada dua indikatornya: Pertama, Kapitalisme global gagal dalam menyelesaikan banyak persoalan kemanusiaan. Kedua, Kapitalisme global justru banyak memproduksi ragam kerusakan: ekonomi, politik, budaya, sosial, moral, dll.

Pertanyaannya: Mengapa Kapitalisme global saat ini dan peradaban Barat yang terkesan hebat ini dipastikan bakal runtuh dan rubuh? Apa akar penyebabnya? Adakah semata-mata faktor internal mereka? Ataukah ada faktor eksternal yang mempercepat keruntuhannya? Lalu bagaimana pula peluang kembalinya peradaban Islam global? Akankah terwujud kembali dalam waktu dekat?

Itulah di antara pertanyaan yang diajukan oleh Redaksi kepada KH Rochmat S. Labib dalam rubrik Hiwar kali ini. Berikut paparannya.

 

Bagaimana Ustadz membaca indikasi keruntuhan peradaban kapitalisme-sekular saat ini? 

Sebuah peradaban akan bisa terus eksis manakala dapat menjawab dan menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan. Ketika peradaban itu gagal melakukannya dan justru menyebabkan aneka problem, menciptakan kerusakan, dan melahirkan kesengsaraan bagi manusia, maka peradaban itu cepat atau lambat akan runtuh.

Inilah yang terjadi pada kapitalisme-sekularisme. Peradaban tersebut telah terbukti gagal dalam semua aspek kehidupan. Juga banyak menciptakan kerusakan dan kesengsaraan manusia yang luar biasa.

Tak aneh jika banyak yang memprediksi keruntuhan peradaban ini. Termasuk Amerika yang menjadi negara pengemban utama peradaban ini. Menariknya, prediksi itu juga disampaikan oleh pihak Barat sendiri. Sebagai contoh, Moris Berman dalam Dark Ages America: The Final Phase of Empire  mengatakan bahwa Imperium Amerika segera akan roboh. Ia menggambarkan Amerika sebagai sebuah kultur dan emosional yang rusak oleh peperangan, menderita karena kematian spiritual dan dengan intensif mengeskpor nilai-nilai palsunya ke seluruh dunia dengan menggunakan senjata. Dikatakan juga bahwa republik yang berubah menjadi imperium itu berada di dalam zaman kegelapan baru dan menuju rubuh sebagaimana dialami Kekaisaran Romawi.

 

Bisa ditunjukkan lebih gamblang tentang kegagalan kapitalisme dan kerusakan yang dihasilkan?

Peradaban kapitalisme adalah peradaban materialisme. Peradaban yang kosong dari nilai-nilai kemanusiaan, moral dan spiritual. Hampir semua kehidupan dibangun atas dasar nilai materi. Titik beratnya pada aspek ekonomi. Namun, dalam aspek tersebut kapitalisme justru gagal memberikan kebaikan.

Kapitalisme mengandalkan free market competition atau persaingan bebas dan memangkas peran negara hanya sebatas menjadi regulator dalam ekonomi beserta semua konsep turunannya seperti privatisasi, penghilangan subsidi, dan lain-lain. Semua ini telah menciptakan kesenjangan ekonomi yang luar biasa. Mekanisme pasar bebas membuat kekayaan terkosentrasi pada segilintir orang dan perusahaan. Sebagian besar lainnya semakin menderita.  Dari tahun ke tahun keadaannya semakin parah.

Peneliti ketimpangan sosial Emmanuel Saez dan Gabriel Zucman, misalnya, menemukan fakta bahwa 0,01% orang kaya menguasai 22% aset di AS tahun 2012. Pada tahun 1979, penguasaan itu masih dipegang 7% masyarakat kelas atas. Data Biro Sensus pada 2018 juga menyebutkan bahwa lima rumah tangga yang memiliki pendapatan paling tinggi, yakni pendapatan US$130.001, menghasilkan 52 persen dari seluruh pendapatan AS.

Tak cukup menguasai ekonomi, para pemilik modal dan korporasi itu pun merambah ke wilayah politik dan kekuasaan. Demokrasi yang diterapkan membuka peluang untuk itu. Dengan modal besar yang dimiliki, jalan bagi mereka untuk berkuasa terbuka. Atau mereka menempatkan orang-orangnya untuk berkuasa. Para pemilik korporasi itu pun mendominasi pemerintahan beserta segala kebijakannya. Jadilah apa yang sekarang disebut korporatokrasi. Sebuah pemerintahan yang kewenangan dan kebijakannya didominasi oleh korporasi atau perusahaan-perusahaan besar.

Para pemilik modal yang sudah menguasi negara itu kemudian membawa negara mereka melakukan ekspansi ke negara-negara lain. Terjadilah penjajahan, baik secara langsung maupun melalui penguasaan SDA negara-negara lainnya. Tak jarang, ini menyulut peperangan, baik antara sesama negara penjajah atau negara penjajah dengan yang dijajah.

Penjajahan, baik langsung maupun tidak langsung, menjadi penyebab utama kesenjangan ekonomi dunia yang sangat parah. Institute Hudson pada 2017 menyebut 5% orang kaya di AS menguasai 62,5% aset di seluruh negara itu tahun 2013. Sebanyak 1 persen orang terkaya di AS memiliki nilai kekayaan hingga 34,2 triliun dolar AS. Sebaliknya, 50 persen penduduk yang masuk dalam ketagori miskin, atau sekitar 165 juta orang hanya memiliki kekayaan sebesar 2,08 triliun, atau 1,9 persen dari total nilai harta rumah tangga penduduk AS.

Berdasarkan Bloomberg Billionaire Index, sebanyak 50 orang terkaya di Negeri Paman Sam memiliki nilai harta hampir 2 triliun dolar AS. Jumlah tersebut melonjak 339 miliar dolar AS jika dibandingkan dengan awal tahun 2020.

PBB juga mencatat pada 2018 ada lebih dari 821 juta orang menderita kelaparan, kerawanan pangan dan gizi buruk di seluruh dunia. PBB mencatat jumlah ini terus meningkat selama tiga tahun terakhir.

Itu semua menunjukkan bahwa kapitalisme-sekularisme telah gagal menciptakan kesejahteraan dan keadilan ekonomi. Bahkan sebaliknya, menciptakan kesengsaraan.

 

Bagaimana dengan aspek lainnya?

Aspek sosial tak kalah mengerikan. Freedom atau kebebasan yang menjadi prinsip utama kehidupan kapitalisme-sekularisme menyebabkan kehancuran institusi rumah tangga. Gaya hidup free sex membuat orang enggan menikah. Di Amerika, pasangan hetero dan homoseksual yang hidup bersama tanpa kawin jumlahnya naik 72 persen dalam waktu 10 tahun terakhir.

Menurut laporan PBB, 40 persen bayi di Amerika Serikat dilahirkan dari pasangan tidak menikah. Tren ini semakin meningkat dalam lima dekade terakhir.

Angka kekerasan seksual juga sangat tinggi. Menurut portal statistik yang berbasis di New York, Statista, kasus pemerkosaan di AS mencapai 99.856 pada tahun 2017, dengan angka nasional sebesar 30,7 kasus per 100.000 orang.

Tak kalah mengerikan adalah angka bunuh diri. Menurut data WHO angka bunuh diri di dunia mencapai hampir 800 ribu jiwa setiap tahunnya, ini belum termasuk angka yang tidak tercatat secara resmi. Tingginya angka bunuh diri menunjukkan keringnya aspek spiritual dalam kehidupan mereka.

Fakta-fakta itu menunjukkan kepada kita bahwa  peradaban ini sedang sakit. Bahkan sakit keras.

 

Menurut Ustadz, faktor-faktor apa saja yang mempercepat keruntuhan tersebut?

Banyak. Di antaranya adalah bencana global. Pandemi virus Corona merontokkan perekonomian global dan menyebabkan resesi di banyak negara. Termasuk di AS. Banyak perusahaan yang bangkrut akibat resesi ekomi yang timbul karena Covid-19. Tercatat  30 juta orang kehilangan pekerjaan atau berkurangnya pendapatan. Jika ini terus berkepanjangan dan tak segera diselesaikan akan mempercepat kebangkrutan peradaban ini.

Dalam sebuah artikel di Wall Street Journal,  Henry Kissinger mengatakan bahwa pandemi Corona akan mengubah sistem global selamanya. Menurut dia, kerusakan yang disebabkan oleh pandemi virus Corona mungkin bersifat sementara. Akan tetapi, kekacauan politik dan ekonomi yang disebabkannya dapat berlanjut selama beberapa generasi.

Peperangan besar juga bisa faktor yang mempercepat keruntuhan peradaban. Apalagi jika melibatkan berbagai negara di dunia. Itu terjadi seperti pada Perang Dunia 1 dan 2.

Munculnya kekuatan baru yang terwujud dalam negara dengan membawa ideologi baru yang lebih menawarkan solusi juga bisa mempercepat keruntuhan peradaban kapitalisme-sekularisme.

 

Kira-kira peradaban kapitalisme-sekular runtuh dulu atau Khilafah yang tegak dulu?

Runtuhnya peradaban itu bisa dari internal, bisa juga dari eksternal. Dari internal, maksudnya adalah ketika para pengikutnya tak lagi percaya dengan peradaban yang diikuti. Mereka sendirilah yang mencampakkan peradaban itu.

Adapun dari eksternal terjadi ketika ada kekuatan lain yang memaksa para pengikutnya, baik individu maupun negaranya, untuk meninggalkan peradabannya. Peradaban itu pun runtuh.

Baik dari internal maupun eksternal, tetap saja harus ada peradaban lain yang menjadi alternatif penggantinya. Selama tidak ada alternatifnya, maka seburuk apa pun peradaban itu akan diterapkan.

Di sinilah keniscayaan berdirinya Khilafah yang menerapkan peradaban Islam. Ketika Khilafah berdiri, peradaban sekularisme itu akan runtuh, baik karena faktor internal maupun eksternal.

 

Bagaimana peluang kebangkitan umat Islam dan peradabannya ke depan?

Sangat besar. Pasalnya, umat Islam memiliki semua faktor untuk bangkit kembali. Pertama: Islam merupakan peradaban, yakni Islam. Ini terbukti secara konseptual maupun faktual.

Bangsa Arab sebelum datangnya Islam adalah bangsa yang terbelakang. Namun, setelah memeluk dan menerapkan Islam, mereka menjadi sebuah umat yang bangkit, maju dan besar. Bahkan dalam waktu singkat, yakni hanya belasan tahun, mereka mengalahkan Persia dan menundukkan wilayah Romawi. Setelah itu, peradaban Islam diterapkan sepanjang tiga belas abad. Belum ada peradaban yang mampu mengubah manusia secepat itu dan diterapkan selama itu. Wajar saja. Islam berasal dari Allah SWT, Pencipta dan Pemilik alam raya.

Kedua: Umat yang yakin terhadap Islam. Khilafah memang telah runtuh satu abad yang lalu. Akan tetapi, keyakinan umat Islam terhadap Islam tidak pudar. Bahkan semakin kuat. Andai tidak dihalang-halangi oleh Barat dan rezim yang menjadi antek mereka, bisa jadi umat Islam sudah bangkit dengan Islam. Ini berbeda dengan sosialisme-komunisme. Ketika Uni Soviet runtuh, pada saat yang bersamaan pengikutnya mencampakkan sosialisme-komunisme.

Ada beberapa faktor lain yang mendukung kebangkitan dan kekuatan umat Islam. Seperti luasnya wilayah yang dihuni umat Islam, dari Maroko hingga Merauke. Juga sangat strategis dan memiliki kekayaan alam yang melimpah. Ini juga menjadi faktor yag sangat mendukung ketika umat sudah bangkit.

Faktor demografi juga menjadi faktir yang mendukung bagi kebangkitan Islam dan umatnya.

 

Apakah secara sistem, Islam layak menjadi peradaban yang agung kedepan?

Layak sekali. Islam diturunkan Allah SWT bukan hanya sebagai agama yang mengatur urusan ibadah dan moral. Islam diturunkan sebagai sistem kehidupan yang seluruh aspek kehidupan.

Ini jelas berbeda dengan semua peradaban lain yang berasal dari akal dan hawa nafsu manusia yang terbatas. Islam jelas terbebas dari kesalahan dan kekurangan.

Peradabam Islam memadukan aspek material dengan spiritual. Artinya, seluruh perbuatan manusia senantiasa didasarkan perintah dan larangan Allah SWT. Ini melahirkan peradaban yag agung.

Berbeda dengan kemunisme yang melenyapkan dan memusuhi aspek spiritual, atau sekularisme yang memisahkan aspek spiritual dengan kehidupan. Tiadanya aspek spiritual ini membuat pengikutnya selalu rakus terhadap kenikmatan duniawi yang menyulut perpecahan, perselisihan dan peperangan.

Peradaban Islam juga mewujudkan nilai yang lengkap bagi manusia. Mulai dari nilai material, nilai moral, nilai kemanusian dan nilai spiritual. Berbeda dengan peradaban sekular dan komunis yang hanya mengenal nilai material.

 

Banyak yang bertanya, dalam al-Quran disebutkan bahwa pertolongan Allah itu dekat. Apalagi tanda-tanda keruntuhan peradaban kapitalisme-sekular sudah tampak jelas. Namun, tumbangnya kapitalis tidak kunjung datang. Apa makna yang tepat tentang pertolongan Allah itu dekat?

Benar bahwa pertolongan Allah SWT atas Islam dan kaum Muslim sangat dekat. Dalam al-Quran, disebut qarîb. Kata qarîb juga digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang pasti terjadi. Kullu mâ huwa âtin fahuwa qarîb. Semua yang akan datang adalah dekat. Oleh karena itu, Hari Kiamat disebut qarîb. Dekat. Sedangkan orang kafir yang mengingkarinya menyebut Kiamat sebagai ba’îd (jauh) karena mereka menganggapnya mustahil.

Ini pula pengertian qarîb atau dekatnya pertolongan Allah SWT. Pertolongan Allah SWT pasti terjadi meskipun menurut anggapan manusia terasa lama.

Akan tetapi jika kita lihat fakta dan dikaitkan dengan banyak dalil, insya Allah tidak akan lama lagi.

 

Lalu apa yang harus dilakukan oleh umat Islam, secara personal dan atau kelompok dakwah dalam menyongsong kebangkitan?

Terus istqamah melakukan dakwah dan penyadaran kepada Islam. Sebab, sudah menjadi sunnatullah bahwa Allah SWT tidak akan mengubah suatu kaum hingga mereka mau mengubah mâ bi anfusihim, apa yang ada pada mereka. Itu artinya, perubahan pada sebuah masyarakat dan negara hanya akan terjadi ketika mereka mau mengubah apa yang ada pada diri mereka.

Kita harus menetapkan agenda perjuangan dan tidak boleh dibelokkan oleh apa pun dan siapa pun. Itulah perjuangan menegakkan Islam kaffah dengan tegaknya Khilafah ar-Râsyidah ‘alâ minhâj al-nubuwwah.

WalLahu a’lam. []

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

14 + seven =

Back to top button