IDEOLOGI
Ideologi tak pernah mati. Selama dunia ini ada, ideologi akan tetap menyala. Tak akan pernah padam. Setidaknya dalam jiwa para pengembannya. Dalam alam pikiran para aktivis dan partai pengusungnya.
Selama para aktivis partai setia dengan ideologinya. Selama ideologi partai mendarah daging dalam pikiran dan jiwa para aktivisnya. Selama itulah partai akan tetap ada. Tetap eksis. Tetap hidup. Tak lantas otomatis mati. Itulah sejatinya gambaran hakiki Hizbut Tahrir. Pengemban sejati ideologi Islam sejak lebih dari 50 tahun lalu.
Sejak awal berdiri tahun 1953 dan didaptarkan secara resmi sebagai partai politik Islam di Yordania, legalitas Hizbut Tahrir (HT) dari rezim saat itu tak sampai seumur jagung. Bahkan hanya dalam hitungan hari saja, legalitas itu dicabut oleh rezim tanpa alasan yang jelas. Sejak itu HT resmi menjadi partai ‘ilegal’ di mata rezim. Persis pada tahun pertama sejak partai itu didirikan oleh Al-‘Allamah Al-Qadhi Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani.
Matikah HT? Bubarkah parpol ideologis Islam yang didirikan oleh seorang mujtahid sekaligus mujtahid terkemuka ini? Tidak sama sekali! Sebab “nyawa” HT, sebagaimana dinyatakan oleh Syaikh Taqi, adalah ideologinya. Pemikiran atau gagasan yang diemban partai. Sama sekali bukan selembar legalitas dari rezim sekular dan otoriter di manapun HT ada. Karena itulah HT sejak lahir terus tumbuh. Perlahan namun pasti. Menjadi partai idologis Islam yang makin kuat dan makin besar. Berkembang di lebih 40 negara. Bukan hanya di Dunia Islam. HT juga merambah negara-negara Eropa. Bahkan menembus jantung Amerika Serikat (AS). Termasuk tentu eksis di Tanah Air.
HT makin solid. Makin disegani. Bahkan makin ditakuti. Bukan hanya oleh para rezim lemah antek asing di negeri-negeri Islam. Bahkan oleh negara-negara Barat. Termasuk AS. Sebuah negara adidaya tanpa tanding saat ini.
Bukti ketakutan Barat dan AS terhadap sepak terjang HT adalah adanya narasi tentang bahaya Khilafah—di mana HT-lah pengusung sekaligus pejuang utamanya—pada masa depan. Narasi ini dilontarkan terus-menerus secara berulang antara lain oleh mantan PM Inggris Tony Blair atau oleh mantan Presiden AS George Bush Jr. Juga oleh para politisi dan pejabat pemerintahan Barat. Termasuk para pengamat dan ahli politik Barat, seperti Zeyno Baran.
Begitu khawatir dan takutnya terhadap HT dengan gagasan Khilafahnya, Zeyno Baran merekomendasikan kepada Pemerintah AS untuk terus memantau setiap geliat dan perkembangan HT di seluruh dunia. Sebab HT, katanya, adalah petarung sejati di medan perang ideologi, yang bisa membahayakan masa depan Kapitalisme global. Apalagi jika HT sukses mendirikan kembali Khilafah yang menjadi misi utamanya.
Karena itu keputusan Pemerintah tahun 2017 lalu untuk mencabut Badan Hukum Perkumpulan (BHP) HTI bukanlah tanda kematian bagi HTI. Apalagi kematian HT. Demikian pula saat beberapa waktu lalu Mahkamah Agung (MA) makin menguatkan keputusan Pemerintah tersebut, yang sebelumnya juga telah dikuatkan oleh PTUN. Semua itu tak akan merontokan tubuh HT/HTI dan melemahkan para aktivisnya. Apalagi sampai membunuh jiwa dan raganya. Sekali lagi, karena nyawa HT adalah ideologinya. Gagasan dan pemikirannya. Inilah yang selalu ada dan tetap menyala dalam setiap dada para aktivisnya.
*****
Teladan terbaik pengemban ideologi Islam tentu Baginda Rasulullah saw. Beliau tak pernah mundur selangkah pun dalam mendakwahkan ideologi Islam. Padahal ragam tantangan dakwah selalu menghadang beliau. Dari mulai cemoohan, hinaan hingga hujatan. Dari mulai diludahi hingga dilempari batu dan kotoran. Dari mulai dikucilkan hingga diboikot sekian tahun. Semua itu tak sedikit pun membuat beliau melepaskan ideologi Islam yang beliau emban.
Bahkan saat paman beliau, Abu Thalib, yang amat beliau hormati dan cintai, dengan memelas meminta beliau untuk menghentikan dakwah beliau atas permintaan kaum kafir Qurays, beliau tetap bergeming. Para penulis sejarah menyebutkan bahwa kaum Quraisy pernah berkata kepada paman Rasulullah saw., Abu Thalib, “Sungguh kami telah meminta engkau melarang anak pamanmu, tetapi engkau tidak sanggup melarang dia. Demi Allah, kami tidak bisa bersabar lagi mendengar penghinaannya terhadap nenek tuhan-tuhan kami dan pembodoh-bodohan mimpi-mimpi kami hingga engkau menghentikan perilaku keponakanmu itu atau kami sendiri yang menghadapi dia sehingga salah satu dari dua pihak ada yang binasa.”
Mendengar itu Abu Thalib segera menemui Rasulullah saw. dan berkata kepada beliau, “Keponakanku, sungguh kaummu telah mendatangi aku, dan mengatakan kepadaku begini dan begitu. Karena itu tetaplah engkau bersamaku. Jagalah dirimu dan jangan bebani aku dengan persoalan yang tak sanggup aku pikul.”
Namun, ucapan mereka itu tidak sanggup menggoyahkan Rasulullah saw. Bahkan keberanian beliau malah mendorong beliau mengucapkan kata-kata yang senantiasa akan menjadi pelita bagi para pengemban ideologi Islam di manapun dan kapanpun. Beliau bersabda, “Paman, Demi Allah, andai mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, supaya aku meninggalkan perkara (dakwah Islam) ini, aku tidak akan pernah meninggalkannya hingga agama ini Allah menangkan atau aku binasa karena membelanya.” (Sirah Ibn Katsir).
Sikap teguh Rasulullah saw. dalam mengemban ideologi Islam diikuti dalam kadar yang luar-biasa oleh para Sahabat beliau. Lihatlah Bilal bin Rabbah yang pernah dijemur di atas pasir yang panas. Di bawah terik matahari. Lalu dicambuk berkali-kali. Lihatlah Abdullah bin Mas’ud yang dikeroyok kafir Qurays di tengah pasar. Lihat pula Habbab bin al-Arts yang tubuhnya diseret di atas bara api hingga kulit dan dagingnya matang terpanggang. Demikian pula sejumlah Sahabat yang lain. Mereka memilih tetap sabar dan tetap teguh memperjuangkan ideologi Islam. Tentu karena mereka paham, bahwa zona aman dan nyaman di dunia akibat meninggalkan ideologi Islam pasti akan berbuah ancaman dan siksaan di akhirat nanti. Mereka pun amat paham, bahwa zona aman dan nyaman yang hakiki hanya bisa dirasakan saat kedua kaki sudah berada di surga yang diimpikan, bukan di dunia yang penuh kepalsuan!
Insya Allah, begitu pula sikap para aktivis HT dalam mengemban ideologi Islam ini. Insya Allah akan tetap demikian selama nyawa di kandung badan.
Karena itu jangan harap pencabutan BHP HTI akan menghancurkan dakwahnya atau akan merontokkan moral para aktivisnya. Dakwah syariah dan Khilafah akan tetap bergelora. Bahkan, insya Allah, dalam kadar yang jauh lebih kuat dan lebih massif. Itu berarti, sebagai organisasi/partai, HT akan tetap eksis. Tetap hidup. Insya Allah sampai Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah benar-benar mewujud kembali.
Wa ma tawfiqi illa bilLah. []