Opini

Disintegrasi Papua

Kabupaten Nduga, Papua, kembali memanas pada Kamis (07/03/2019). Dikabarkan terjadi kontak senjata prajurit TNI dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua. Tiga orang anggota TNI dikabarkan gugur; 7 hingga 10 anggota pemberontak tewas dalam pertempuran bersenjata tersebut.

Para pemberontak dan jejaring senyapnya menuntut referendum di Tanah Papua. Namun Indonesia harus mencermati ‘dalang’ di balik tuntutan referendum ini. Sebab, masyarakat kecil kebanyakan sebetulnya tidak begitu paham dengan referendum tersebut. Sekelompok elit politiklah yang sebenarnya bermain dengan membangun jejaring baik di pusat kekuasaan maupun jejaring internasional (pihak gereja dan LSM-LSM asing).

Namun, mereka hanyalah ‘alat’. Kepentingan negara-negara besarlah, khususnya Amerika dan Australia, yang memainkan peran penting di Papua. Sesungguhnya negera-negera penjajah inilah yang memiliki kepentingan dan bakal meraih keuntungan jika Papua merdeka atau memisahkan diri melalui referendum yang sedang diusahakan oleh mereka. Jika ini tidak dicermati Pemerintah, boleh jadi nasib Papua nanti akan seperti Timor Timur. Lepas begitu saja dari pangkuan Indonesia.

Banyak ‘bukti’ yang menunjukkan adanya dukungan Australia dalam membantu para pemberontak di Papua, baik secara langsung atau melalui New Guinea, yang juga menyediakan tempat yang aman kepada para pemberontak separatis di samping dukungan finansial dan militer. Kebijakan yang sama telah dilakukan Australia terhadap provinsi-provinsi di Indonesia selama puluhan tahun, seperti dalam kasus Aceh dan Timor Timur.

Amerika juga mulai mengungkapkan keprihatinan besarnya atas konflik di Papua ketika tahun 2005 Kongres AS memutuskan untuk menerapkan klausul: berdasarkan apa Papua telah menjadi bagian dari Indonesia. Pada bulan Juni  2007, Utusan Khusus HAM Sekjen PBB, Hina Jilani, mengunjungi Propinsi Aceh dan Papua. Ia membahas ‘pelanggaran HAM’ di dua provinsi itu. Pada bulan Juli 2007 ketua Sub komite Parlemen (Kongres AS) di Asia, Pasifik dan Global, Eni Faleomavaega, mengatakan, “Jika Pemerintah Indonesia tidak mampu menangani dengan baik isu Papua, kami akan memberinya kemerdekaan.”

Semua itu tentu saja menunjukkan betapa Amerika dan Australia begitu bersemangat untuk ‘melepaskan’ Papua dari Indonesia dengan memanfaatkan konflik-konflik yang terjadi di provinsi ini.

WalLahu a‘lam. [Audito Fauzul H. ; Analis di RIC (Resist Invasion Center)]

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

14 − three =

Back to top button