Apa Kunci Kemenangan Umat Islam Pada Bulan Ramadhan?
Soal:
Apa yang menjadi kunci kemenangan kaum Muslim pada bulan Ramadhan sehingga banyak peristiwa penting terjadi di dalamnya?
Jawab:
Ada beberapa peristiwa penting terjadi pada bulan Ramadhan. Misal, Perang Badar Kubra. Ini terjadi pada tanggal 17 Ramadhan 2 H. Dalam peristiwa ini, kaum Muslim, dengan jumlah yang sedikit, berhasil mengalahkan pasukan kaum kafir Quraisy, yang berjumlah tiga kali lipat. Peristiwa lainnya adalah Penaklukan Kota Makkah. Ini terjadi pada 20 Ramadhan 8 H. Kedua peristiwa penting ini terjadi di zaman Nabi Muhammad saw..
Inilah yang menimbulkan pertanyaan. Apa rahasia di balik kemenangan demi kemenangan yang diberikan oleh Allah kepada kaum Muslim pada bulan Ramadhan ini? Apa kunci kemenangan agung pada bulan yang mulia ini?
Pertama: Perintah puasa Ramadhan diwajibkan oleh Allah pada tahun kedua Hijrah. Al-Hafidz Ibn Katsir (W. 774 H) menyatakan, “Pasal tentang kewajiban puasa Ramadhan tahun kedua Hijrah, sebelum Perang Badar”. Beliau mengutip penjelasan Ibn Jarir ath-Thabari:
وَفِي هَذِهِ السَّنَةِ فُرِضَ صِيَامُ شَهْرِ رَمَضَانَ، وَقَدْ قِيْل: إِنَّه فُرِضَ فِي شَعْبَانَ مِنْهَا
Pada tahun ini puasa Ramadhan telah diwajibkan. Ada yang mengatakan kewajiban tersebut sudah dinyatakan pada bulan Sya’ban, tahun itu.1
Kedua: Perang Badar Kubra juga ditetapkan pada bulan Ramadhan tahun 2 H. Pada tahun ini puasa Ramadhan telah diwajibkan pertama kali. Ibn Jarir menjelaskan:
وَفِيْهَا كَانَتْ وَقْعَة بَدْرٍ الْكُبْرىَ بَيْنَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَالْكُفَّارَ مِنْ قُرَيْشٍ، وَذَلِكَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ مِنْهَا
Pada tahun itu terjadi peristiwa Perang Badar Kubra, antara Rasulullah saw. dan kaum Kafir Quraisy. Itu terjadi pada bulan Ramadhan pada tahun itu.2
Mengenai tanggalnya, ada perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan pada Hari Jumat, 17 Ramadhan 2 H. Malamnya adalah Lailatul Qadar. Ini pendapat Ibn Mas’ud dan al-Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib. Ini juga pendapat al-Harits, Ibn Sa’ad dan al-Waqidi.3 Ada yang mengatakan tanggal 19 Ramadhan 2 H. Ini juga dinyatakan oleh Ibn Mas’ud dan al-Aswad bin ‘Abdillah.4
Dua kewajiban yang ditetapkan pertama kali pada tahun yang sama, pada bulan yang sama, yaitu Ramadhan, dan saat puasa wajib, tentu bukan kebetulan. Ada maksud yang diinginkan oleh Allah di balik semuanya ini.
Ketiga: Pertolongan dan kemenangan di tangan Allah, datang dari Allah, bukan karena kehebatan kita. Allah berfirman:
وَمَا جَعَلَهُ ٱللَّهُ إِلَّا بُشۡرَىٰ لَكُمۡ وَلِتَطۡمَئِنَّ قُلُوبُكُم بِهِۦۗ وَمَا ٱلنَّصۡرُ إِلَّا مِنۡ عِندِ ٱللَّهِ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡحَكِيمِ ١٢٦
Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)-mu dan agar tenteram hatimu. Kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana (QS Ali ‘Imran [3]: 126).5
Pertolongan dan kemenangan itu janji Allah. Ia pasti akan diberikan kepada orang Mukmin. Allah berfirman:
وَكَانَ حَقًّا عَلَيۡنَا نَصۡرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٤٧
Kami selalu berkewajiban menolong kaum Mukmin (QS ar-Rum [30]: 47).
Hanya saja, pertolongan itu Allah berikan dengan dua syarat. Pertama, adanya usaha untuk mendapatkan pertolongan dan kemenangan, dengan melakukan hukum sebab-akibat sebaik mungkin. Kedua, ketaatan yang sempurna kepada Allah, dengan keimanan dan keikhlasan yang luar biasa. Itulah yang dinyatakan oleh ‘Umar bin al-Khaththab ra.:
وَإِنْ لَمْ نُغَلِّبْهُمْ بِطَاعَتِنَا، غَلَّبُوْنَا بِقُوَّتِهِمْ
Jika kita tidak bisa mengalahkan mereka dengan ketaatan kita, merekalah yang akan mengalahkan kita dengan kekuatan mereka.
Dengan kata lain, kunci kemenangan kaum Muslim dan pertolongan yang Allah berikan bukan terletak pada kekuatan mereka, tetapi ketaatan mereka. Karena itu Allah memilih Ramadhan, saat pertama kali kewajiban puasa ditetapkan, sebagai momen Perang Badar Kubra, yang disebut sebagai Yawm al-Furqaan (Hari Penentuan). Ini karena rahasia ketaatan yang ada di dalamnya.
Al-Hafidz Ibn Rajab al-Hanbali (w. 795 H), murid al-‘Allamah Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah (w. 751 H), dalam kitabnya, Lathaa’if al-Ma’aarif, menyatakan rahasia Ramadhan:
فَالصَّائِمُ فِي لَيْلِهِ وَنَهاَرِهِ فِي عِبَادَةٍ،وَيُسْتَجَابُ دُعَاؤُهُ فِي صِيَامِهِ وَعِنْدَ فِطْرِهِ، فَهُوَ فِي نَهَارِهِ صَائِمٌ، وَفِي لَيْلِهِ طَائِعٌ شَاكِرٌ
Orang yang berpuasa (Ramadhan) pada malam dan siang harinya itu dalam suasa beribadah. Doanya saat berpuasa dan ketika berbuka itu dikabulkan. Dia berpuasa pada siang harinya, sedangkan pada malam harinya dia dalam ketaatan dan bersyukur. 6
Ibn Rajab lalu menjelaskan rahasia puasa. Pertama, puasa bisa mengalahkan nafsu. Sebabnya, kenyang dan hubungan badan (antara suami-istri) bisa membawa nafsu pada kesombongan, keangkuhan dan lalai. Kedua, puasa bisa menjernihkan hati untuk berpikir dan berzikir. Sebabnya, syahwat, baik perut maupun kemaluan, bisa membuat hati keras, bahkan membuat dirinya buta. Dengan begitu, ia bisa menghalangi antara hamba itu untuk berpikir dan berzikir, bahkan membuat dirinya lalai. Ketika batin kosong dari makanan dan minuman, maka batin itu akan menyinari hati, dan menjadikan dirinya lembut. Bisa menghilangkan kekerasan dari hati dan menjernikah hati untuk berpikir dan mengingat Allah. Ketiga, puasa itu bisa mempersempit peredaran darah yang menjadi jalan setan. Dengan puasa, bisikan setan itu akan berhenti, gejolak syahwat dan kemarahan bisa ditundukkan.7
Karena itu, Nabi saw. menyebut hikmah puasa itu dengan wijaa’, sebagaimana dalam hadisnya:
وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءُ
Siapa saja yang tidak mampu menikah, dia seharusnya berpuasa, karena puasa bagi dia merupakan wijaa’ (HR al-Bukhari dan Muslim).
Maksudnya, puasa itu bisa menghentikan syahwat kemaluan, sebagaimana wijaa’ (kebiri). Nabi saw. menyebutnya dengan wijaa’, disamakan dengan hishaa’ (kebiri).8
Karena itu, kata Ibn Rajab, orang yang berpuasa itu telah meninggalkan syahwatnya pada siang hari karena Allah, untuk mendekatkan diri dan mentaati-Dirinya. Pada malam hari dia pun bergegas mendekatkan diri dan taat kepada Allah. Apa saja yang dia tinggalkan, tak lain karena perintah Rabb-nya. Dia pun tidak kembali kepada Diri-Nya, kecuali dengan perintah dari-Nya. Karena itu orang yang berpuasa itu taat kepada Allah dalam dua kondisi sekaligus. Inilah rahasianya.
Karena itu, Ramadhan dipilih oleh Allah sebagai momen Perang Badar Kubra. Perang ini notabene merupakan perang penentuan: kalah dan menangnya Islam. Ramadhan juga dipilih oleh Allah sebabai momen Pembebasan Kota Makkah, karena rahasia tersebut.
Jadi, kunci kemenangan dan pertolongan Allah pada bulan Ramadhan terletak pada ketaatan total kita kepada Allah, baik siang maupun malam. Lisan, hati, mata, pendengaran dan semua anggota tubuh kita dijaga dalam ketaatan saat berpuasa. Itulah yang menyebabkan pertolongan Allah diberikan kepada kita. Padahal mungkin dalam konteks hukum sebab-akibat yang kita persiapkan belum, atau bahkan tidak pernah sempurna.
WalLaahu a’lam. [KH Hafidz Abdurrahman, MA]
Catatan kaki:
1 Al-Hafidz Ibn Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah, ed. Muhammad Nash Abi Jabal, Ad-Dar al-‘Alimiyyah, Caero, cet. I, 1440 H/2019 M, Juz II, h. 299; Ibn Jarir at-Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, Dar al-Fikr, Beirut, cet. I, 1407 H/1987 M, Juz III, h. 28.
2 Ibn Jarir at-Thabari, Tarikh al-Umam, Juz III, h. 29.
3 Ibn Jarir at-Thabari, Tarikh al-Umam, Juz III, h. 29-30.
4 Ibn Jarir at-Thabari, Tarikh al-Umam, Juz III, h. 29.
5 Ayat yang hampir serupa dinyatakan dalam Q.s. Al-Anfal: 10.
6 Al-Hafidz Ibn Rajab al-Hanbali, Lathaif al-Ma’arif fima Li Mawasim al-‘Am li al-Wadhaif, Dar Ibn Katsir, Beirut, cet. XII, 1441 H/2020 M, h. 347.
7 Al-Hafidz Ibn Rajab al-Hanbali, Lathaif al-Ma’arif, h. 342-343.
8 Al-Hafidz Ibn Rajab al-Hanbali, Lathaif al-Ma’arif, h. 343.