Muhasabah

Labbayka Yaa Aqshaa

Tepat pada tanggal 2 Desember 2023 lalu ada agenda Munajat Kubro di Monas, Jakarta.  Dalam dunia maya, berbagai informasi menunjukkan bahwa agenda itu tak bisa dilepaskan dari Agenda 212.  Suatu gerakan fenomenal, diselenggarakan pada tanggal 2 bulan 12, yang berujung pada gagalnya Basuki Tjahaya Purnama menduduki kursi DKI-1.  Bersyukur, saya dapat hadir dalam agenda tersebut.  Tampak sepanjang jalan seputaran Patung Kuda, area Jalan Merdeka Selatan, dan seputaran Gambir penuh sesak.  Peserta di dalam Monas pun menyemut. Agenda berupa shalat malam di Monas, shalawatan, zikir, pembacaan manaqib dan beberapa tawshiyah.  Banyak tokoh hadir saat itu.

Tawshiyah yang disampaikan umumnya terkait dengan Palestina.  Ketepatan, saat itu kebrutalan zionis Yahudi untuk memporak-porandakan Gaza, Palestina, sedang puncak-puncaknya.  “Kita mendukung sikap Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Luar Negeri, yaitu Ibu Retno Marsudi, yang menyampaikan sikap tegas bahwa Indonesia akan mendukung upaya pengajuan Israel ke ICC (International Criminal Court) untuk dihukum oleh masyarakat dunia,” kata KH Muhyiddin Junaidi.

Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI itu menambahkan, sikap tegas perlu dimiliki oleh pemimpin di negeri Muslim mana pun.  “Kita harus memiliki landasan memilih berdasarkan al-Quran dan petunjuk Rasulullah saw. Semoga Allah menurunkan pemimpin yang adil dan istiqamah kepada bangsa Indonesia,” tandasnya.

Slogan ‘birruh …biddam …labbayka yaa Aqshaa, birruh…biddam …labbayka yaa Gaza …’ terus menggema di munajat tersebut.  Semangat ini menggambarkan siap mengorbankan harta, bahkan nyawa dan darah untuk menyambut panggilan Gaza dalam membebaskan Palestina dari penjajahan zionis Yahudi.

Suasana makin seru ketika Muhammad Hussein yang baru tiba dari Gaza menjelaskan bagaimana kondisi riil kaum Muslim di sana.  Dalam apa yang ia ungkapkan tergambar derita umat Islam di sana khususnya orang tua renta, perempuan, dan anak-anak. Mereka dihantam kekejaman zionis Yahudi di tengah heroik para pejuang kaum Muslim di sana.  Seruan ‘birruh … biddam … labbayka yaa Aqshaa, birruh … biddam … labbaika yaa Gaza …’ lagi-lagi memenuhi seantero langit Monas.

Kebiadaban itu memanggil perhatian banyak pihak, termasuk para pengacara.  Para pengacara yang tergabung dalam LBH Pelita Umat, menyelenggarakan International Muslim Lawyers Conference (IMLC) pada 25 November 2023.  Konferensi para ponggawa hukum itu menelurkan ‘Internasional Muslim Lawyers Charter’ (Piagam Pengacara Muslim Internasional).  Piagam itu mengandung 3 hal penting, yaitu: (1) Kami bersepakat untuk melakukan pembelaan hukum terhadap umat Islam di berbagai negara dari segala bentuk islamophobia,  diskriminasi, persekusi, intimidasi, genosida dan penjajahan seperti di Palestina,  Suriah, Rohingya, Uyghur dll; (2) Kami bersepakat  untuk terus melakukan dakwah di seluruh dunia tentang kewajiban menerapkan hukum Islam secara kaaffah hingga tegak kehidupan Islam; (3) Kami menyeru seluruh lawyers, jaksa dan hakim di manapun berada untuk turut serta ambil bagian dalam perjuangan ini. Inilah saatnya mendedikasikan seluruh pengetahuan dan kemampuan hukum untuk jalan dakwah yang mulia ini.

Sebelumnya, pada 10 November 2023, saya turut hadir bersama para tokoh Bogor.  Para tokoh menyampaikan pernyataan sikap.  Intinya, mereka sama-sama menyadari bahwa persoalan Palestina bukanlah musykilah huduud (persoalan perbatasan) melainkan musykilah wujuud (persoalan keberadaan zionis Yahudi).  “Mereka itu penjajah,” ujar Dr. KH Badrudin Syubky.

“Jadi, persoalan Palestina tidak akan selesai hingga zionis Yahudi enyah dari tanah Palestina,” tambahnya.

“Hanya saja, sayang sekali para penguasa di negeri-negeri Muslim khususnya negara-negara Arab seakan diam,” pungkasnya.

MS Ka’ban menyampaikan, “Negara-negara di Timur Tengah itu berdiam diri karena mereka dulunya bersatu.  Namun, diubah menjadi negara-negara bentukan.”

Mantan Menteri era SBY itu menambahkan, “umat Islam harus bersatu”.

“Sekarang ini ada seruan memboikot produk yang pro Yahudi.  Kayaknya tidak efektif ya?” tanya Pak Wiryadi.

“Sebenarnya, ada juga pengaruhnya.  Beberapa pemberitaan menunjukkan bahwa terjadi penurunan omset mereka,” jawab saya.

“Starbuck dan McD dikabarkan menurun penjualannya hingga 80%.  Itu cukup besar,” saya tambahkan.

“Hanya saja, memang kalau ingin efeknya besar, yang memboikot itu bukan hanya individual melainkan negara.  Coba bayangkan, jika suatu negara mengumumkan memboikot suatu produk yang pemiliknya pro zionis Yahudi, bahkan melarang produk itu di negaranya,” tegas saya.

“Iya, pasti dahsyat itu,” Pak Wiryadi menanggapi.

“Itu bagus. Namun, mestinya kita meningkatkan level boikot kita,” ujar Ustadz Wahyudi.

“Mestinya kita bukan hanya memboikot produk barang.  Kita harus memboikot produk lainnya.  Produk mereka seperti sistem ekonomi, sistem politik, sistem hukum dan lainnya harus diboikot,” simpulnya.

“Lepas dari itu, mengapa kita mesti menyerukan pengiriman militer?  Toh kita tahu, para penguasa tidak mungkin mengirimkan militernya,” ungkap Mas Deni.

Saya bilang, “Setidaknya kita sudah menunaikan kewajiban untuk membela kaum Muslim Palestina.  Mereka digempur senjata dan rudal. Karena itu solusinya adalah jihad oleh militer.”

“Kalaupun para penguasa di negeri-negeri Muslim tidak melakukannya, di sisi Allah SWT kita sudah bebas tanggung jawab.  Selain itu justru umat menjadi tahu bagaimana sikap penguasa mereka sebenarnya,” tambah saya.

“Iya, kita mengecam dan mengutuk.  Masa iya sich penguasa juga sekedar mengecam dan mengutuk seperti kita.  Padahal mereka punya kuasa.  Kalau begitu, sudah saja mereka jangan mau jadi penguasa, tetapi menjadi rakyat biasa seperti kita,” sahut Mas Deni rada meninggi.

“Ada satu hal mengganjal.  Kita tahu harusnya kekuatan militer dari Dunia Islam menggempur penjajah Yahudi.  Namun, tidak mungkin mereka berangkat kalau tidak diperintah oleh penguasanya. masalahnya, penguasa hampir tak mungkin memberangkat-kan mereka berjihad. Gimana dong?” lanjut Mas Deni.

“Itulah sebabnya, kata Rasulullah saw. kita harus punya khalifah yang menyatukan umat, termasuk menggerakkan militernya,” ungkap Kiyai Badrudin.

WalLaahu a’lam. [Muhammad Rahmat Kurnia]

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 × 1 =

Back to top button