Lebih dari Sekadar Boikot Produk Israel
Sejak konflik Palestina-Israel yang kembali memanas, kembali marak seruan untuk memboikot produk Israel. Alasannya, dari bisnis-bisnis inilah peluru dan bom Israel terbiayai. Uang yang dibelanjakan untuk produk mereka, keuntungannya mereka sisihkan untuk membiayai senjata yang ditujukan untuk menindas umat Islam Palestina. Misal, ada seruan boikot terhadap McDonald’s. Ini menyeruak ketika publik merespon berita bahwa McDonald’s telah menyumbangkan puluhan ribu makanan ke unit-unit IDF yang membunuh warga Palestina.
Namun, perlu diingat, ada jalan panjang mengakhiri penjajahan Zionis Yahudi lewat jalur politik dan boikot. Secara politik berbagai perundingan yang dilakukan oleh negara-negara Barat, termasuk PBB, dengan otoritas Palestina dan kaum penjajah tidak memberikan keuntungan apa-apa bagi warga Palestina. Malah wilayah Palestina makin terus dicaplok oleh kaum Zionis. Dunia mendiamkan hal itu. Berbagai kutukan dan resolusi PBB, termasuk kecaman dari para pemimpin Dunia Islam, juga tidak berpengaruh apapun terhadap zionis.
Seruan boikot itu tidak akan efektif. Sebabnya, beberapa negara anggota OKI justru melakukan hubungan dagang dengan Israel. Mereka meraup keuntungan dari hubungan dagang itu meski dilakukan secara sembunyi melalui negara ketiga. Misalnya, Mesir, Yordania, Arab Saudi, Irak dan Iran. Turki juga menjadi salah satu negara yang memiliki hubungan itu.
Syariah Islam telah mewajibkan jihad fi sabilillah atas kaum Muslim ketika mereka diperangi musuh. Allah SWT berfirman (yang artinya): Siapa saja yang menyerang kalian, seranglah dia seimbang dengan serangannya terhadap kalian (TQS al-Baqarah [2]: 194).
Jihad adalah fardhu ’ain saat kaum Muslim diserang oleh musuh. Fardhu ain ini bukan hanya berlaku untuk Muslim Palestina, tetapi juga bisa meluas bagi kaum Muslim di sekitar wilayah Palestina jika agresi musuh tidak bisa dihadang warga setempat. Berdasarkan hukum ini, wajib bagi kaum Muslim di wilayah terdekat Palestina seperti Yordania, Mesir, Libanon dan Suriah untuk mengirimkan pasukan untuk mengusir kaum penjajah sampai mereka benar-benar terusir dari sana. Haram bagi mereka berdiam diri atau hanya sekadar mengecam.
Karena itu jihad adalah solusi bagi agresi Zionis atas tanah Palestina. Hal itu sesungguhnya sangat mudah. Pasalnya, kekuatan militer negeri-negeri Muslim seperti Mesir, Suriah dan Yordania secara perhitungan jauh di atas kekuatan militer kaum Yahudi. Sebagai perbandingan, Pasukan Pertahanan Yahudi (IDF) hanya berjumlah 169.500 orang, 1.300 tank. Adapun kekuatan militer Mesir adalah 450.000 personel militer aktif, dengan tank perang 2,16 ribu dan 5,7 ribu kendaraan perang. Apalagi jika negeri-negeri Muslim lainnya bersatu. Dengan izin Allah, kekuatan entitas penjajah akan hancur-lebur. [Agus Kiswantono]