Catatan Dakwah

Kekuatan Tersembunyi

Mengapa tak sedikit orang yang sebenarnya tidak normal bisa bertindak sama bahkan lebih  baik dari orang yang normal? Sebaliknya, banyak sekali orang yang normal yang acap bertindak bagaikan orang tidak normal? Faktor apa yang menentukan?

++++

 

Jessica Cox lahir pada 1983 di Sierra Vista, Arizona, AS tanpa kedua tangan sama sekali. Apa yang bisa dilakukan oleh anak yang lahir tanpa kedua tangan? Bisakah ia mengurus dirinya sendiri? Memakai baju, sepatu dan lainnya? Bisakah ia menulis dan menyelesaikan sekolah? Bisakah ia menyetir mobil? Bagaimana kalau ia diserang laki-laki jahat?

Jessica Cox bukan satu-satunya anak yang lahir cacat. Di dunia ini banyak anak lahir dalam keadaan tak sempurna secara fisik seperti dia. Di Korea Selatan ada Hee Ah Lee. Lahir pada 1985. Menderita down syndrom dengan kedua tangan yang hanya memiliki empat jari (lobster claw syndrome) berbentuk seperti capit udang, tanpa telapak tangan. Kakinya hanya sebatas lutut. Ini akibat penyakit phcomelia yang dia derita setelah ibunya banyak meminum obat saat ia hamil. Memegang pensil saja tidak mampu, apalagi benda yang lebih besar. Ia juga mengalami keterbelakangan mental. Apa yang bisa dilakukan oleh anak yang lahir cacat dengan mental yang tidak normal seperti itu? Bisakah ia memainkan alat musik? Piano?

Namun, dengan motivasi luar biasa, Jessica dan  Hee Ah Lee menembus batas-batas fisikalnya. Mereka ternyata bisa melakukan banyak hal seperti manusia normal. Bahkan lebih. Jessica makan minum, memakai baju, menyisir rambut, berdandan, memasukkan benang ke dalam jarum dan memakai softlens. Semuanya dengan kaki. Ia menulis juga dengan kakinya. Lebih cepat dan lebih rapi dari yang memakai tangan. Dengan hanya menggunakan dua kakinya, Jessica bisa berenang. Umur 14 tahun memegang ban hitam Taekwondo. Dengan dua tiga kali tendangan bisa lumpuhkan lawannya. Lulus Fakultas Psikologi, Univ. Arizona dengan nilai terbaik. Kini ia menjadi pembicara top di AS. Bukan hanya bisa menyetir mobil, Jessica juga bisa mengemudikan pesawat. Dialah wanita pertama yang menerbangkan pesawat dengan kedua kakinya. Ia mendapatkan Guinness World Record sebagai orang pertama bersertifikat menerbangkan pesawat dengan menggunakan kedua kakinya.

Hee Ah Lee sangat pandai bermain piano. Ia dikenal sebagai The four fingered pianist. Umur 7 tahun memenangkan “The 19th National Handicap Conquest Contest 3  yang langsung diberikan oleh Presiden Korea waktu itu. Ia mendapat sederet penghargaan atas keterampilan bermain piano dan membawa dirinya berkeliling dunia. Namanya dikenal di mana-mana. Ia telah menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ketika umur belum genap 30 tahun, Hee telah menggelar lebih dari 200 konser di berbagai pelosok dunia. Ia bisa memainkan Piano Concerto No. 21 dari Mozart bersama orkes simfoni. Ia tampil bersama pianis Richard Clayderman di Gedung Putih,  Amerika Serikat. Orang seolah lupa, ia dulunya adalah bayi yang lahir cacat. Bahkan kehamilannya pun tak dikehendaki oleh ibunya.

Sama seperti Jessica dan Hee, di Qatar lahir Ghanim. ia  juga jauh dari kata normal. Ia menderita Caudal Regression Syndrome. Lahir tanpa bagian bawah tubuh. Tanpa kaki. Meski begitu, dia sangat suka berenang, bermain sepak bola, skate board, bahkan naik gunung dan panjat tebing. Ghanim memiliki saudara kembar. Keduanya lulus bersamaan. Dalam  pembukaan gelaran Piala Dunia 2022 di Qatar lalu yang berlangsung sangat meriah, Ghanim, yang saat itu berusia 20 tahun,  melantunkan QS al-Hujurat ayat 13 di hadapan aktor Amerika Serikat, Morgan Freeman. Ratusan juta pasang mata di seluruh dunia menonton langsung di stadion maupun lewat layar tv dan youtube. Kini Ghanim tengah berkuliah di Jurusan Ilmu Politik, untuk meraih cita-citanya sebagai diplomat. Ia punya akun IG dengan 3,5 juta follower.

++++

 

Mengapa orang seperti Jessica Cox, Hee Ah Lee dan Ghanim—meski cacat begitu rupa—tetap  bisa melakukan banyak bahkan lebih dari orang yang lahir normal? Kekuatan apa yang mendorong mereka bisa berbuat seperti itu?

Kekuatan maadiyyah (material)—seperti  tubuh yang sehat dengan anggota tubuh yang normal, dana, sarana dan prasarana yang mencukupi—memang   diperlukan. Namun, itu bukanlah yang utama.  Tanpa kekuatan ma’nawiyyah, yakni kekuatan ilmu pengetahuan dan motivasi, semua kekuatan material itu menjadi tidak berarti apa-apa, seperti yang terlihat dalam fakta kehidupan sehari-hari.

Banyak pelajar atau mahasiswa yang bergelimang fasilitas, tetapi tak berprestasi bahkan gagal dalam studinya. Kalah dengan mereka yang belajar dengan fasilitas terbatas. Di dunia  bisnis, tak semua pebisnis yang berkelimpahan modal sukses dalam usahanya. Sebaliknya, banyak yang mengawali usaha dengan modal seadanya, seperti Kolonel Sanders yang memulai usaha ayam gorengnya dengan 10 US Dollar,  sisa uang pensiunnya, malah justru sukses dan kini tumbuh menjadi raksasa dunia. Usahanya merambah ke berbagai negara. Siapa yang tak kenal KFC? Bahkan di depan Masjidil Haram pun, ia ada.

Nyatalah kekuatan ma’nawiyyah lebih besar pengaruhnya dari pada kekuatan maadiyyah. Apalagi bila ditopang oleh kekuatan ruhiah. Ketiganya akan menjadi kekuatan yang sangat dahsyat. Kekuatan ruhiah bersumber dari Aqidah; keimanan kepada Allah dan keyakinan akan pertolongan-Nya, serta keinginan untuk meraih kegemilangan hidup di dunia dan  akhirat.

Lihatlah di hampir semua perang di awal dakwah Islam. Jumlah pasukan Islam selalu kalah jumlah (outnumber) dibandingkan dengan pasukan kafir.  Dalam Perang Badar, misalnya, 313 pasukan Islam dengan 8 pedang, 6 baju perang, 70 ekor unta, serta 2 ekor kuda harus menghadapi 1000  pasukan kafir dengan  600 pedang, 700 unta, serta 300 kuda. Dalam Perang Uhud, 1000 pasukan Islam menghadapi 3000 tentara kafir. Dalam Perang Khandaq 2000 lawan 10.000. Perang Mu’tah lebih dahsyat lagi: 2500 lawan 250 ribu. Juga dalam penaklukan Andalusia:  5000 melawan 100 ribu. Dalam semua perang itu, meski kalah jumlah dan perbekalan, pasukan Islam unggul.

Hal serupa terjadi pada Muhammad al-Fatih. Pada usia yang amat belia, 21 tahun,  ia menjadi panglima perang. Ia memimpin 250.000 prajurit,  menaklukkan Konstantinopel, ibukota Romawi Timur, negara adidaya dengan benteng yang teramat kokoh,  dikawal oleh 2,5 juta pasukan. Saking kokohnya, sudah lebih dari 1100 tahun, musuh dari berbagai arah yang mencoba menaklukannya, selalu gagal.

Setelah sekitar 2 bulan pengepungan, al-Fatih dan pasukannya akhirnya berhasil menembus benteng “Wall of Contantinopel” melalui strategi tak biasa: menarik 72 kapal melintas Bukit Galata sepanjang 2,5 km dalam waktu semalam menembus titik terlemah benteng Konstantinopel di Teluk Tanduk Emas (The Golden Horn). Ini adalah taktik yang tak pernah terpikirkan oleh siapapun ketika itu, termasuk kaisar dan para petinggi di Konstantinopel.

Peristiwa besar ini terjadi 825 tahun setelah Nabi saw. menyampaikan nubuwwah tentang kepastian penaklukan Konstantinopel. Penaklukan ini sukses melalui perjuangan keras, pantang menyerah yang didorong oleh motivasi sangat tinggi guna meraih 1 dari 2 kebaikan (ihdal husnayain) atau kemuliaan perjuangan yang pasti akan didapat, yakni kemenangan atau syahid, serta keyakinan akan pertolongan Allah. Semua orang tak menyangka, bahkan para sekondan dekatnya pun meragukan keberhasilan ini.

++++

 

Secara  maadiyyah, umat Islam kini memiliki kekuatan lebih dari cukup. Jumlahnya lebih dari 2 miliar. Mereka tinggal di wilayah yang kaya sumberdaya alam seperti minyak, gas, barang-barang tambang. Dengan semua itu mestinya umat Islam  tak sulit meraih kembali kejayaannya seperti yang pernah terjadi pada masa lalu. Namun, mengapa hingga sekarang kemuliaan yang dicita-citakan itu tak kunjung terwujud?

Di situlah masalahnya. Tanpa kekuatan ma’nawiyyah, apalagi ruhiah, kekuatan maadiyyah yang demikian besarnya itu ternyata memang tak berarti apa-apa.

Dengan demikian penting sekali untuk membangun kekuatan ma’nawiyyah, apalagi kekuatan ruhiah.  Inilah kekuatan tersembunyi; penentu keberhasilan diri, jamaah dan umat. Ini pula yang harus terus ditanamkan pada diri umat. [H. M. Ismail Yusanto]

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 + 7 =

Check Also
Close
Back to top button